Ini Cerita pas kelas 2 SMA. Masa-masa yang paling menyenangkan di SMA, klo kelas 1 baru mulai kenal dan menyesuaikan diri, klo kelas 3 udah mulai sibuk mikiran ujian dan masa depan, nah, di kelas 2 inilah kami bermain dan berperilaku sebebas-beasnya. Bisa dibilang itulah masa-masa paling nakal dari kami. Di SMA kami, kelas 2 adalah masa yang paling sibuk sekaligus menyenangkan, hampir semua pengurus kegiatan-kegiatan sekolah adalah kelas 2, klo masih kelas 1 sih cuma jadi anggota, klo kelas 3 lebih sebagai pendamping.
Nah, cerita yang ini terkait dengan seorang guru. Kelas kami termasuk kelas yang ribut, opik duduk di bangku paling belakang dan waktu itu adalah ketua kelas. Kelas kami biasanya sangat ribut karena banyak orang ngobrol dan membentuk kelompok sendiri, opik sendiri biasanya sering main kartu yu gi oh dengan beberapa teman.
Meski kelas ribut, biasanya agak reda kalau ada guru yang masuk, namun khusus untuk guru satu ini, kelas tetap ribut. Dia memang termasuk salah seorang guru yang kurang diperhatikan, padahal opik akui, cara mengajarnya bagus, sebab dia itu bisa dengan gampang mengambil inti-inti dari buku teks pelajaran,yang tebal pisan, jadi sangat ringkas dan mudah dimengerti, tapi yang diajar paling barisan paling depan, sisanya ke belakang mah ribut dan sibuk sendiri.
Nah, sebenarnya guru tersebut sangat merasa tidak enak dengan kelakuan kami tersebut. Beberapa kali dia menegur, namun kami anggap angin lalu, yaiyalah, negurnya terlalu lembut dan emang ga ada ....galaknya. Guru-guru yag lain juga menegur kelakuan kami pada guru tersebut, karena sudah termasuk ukuran parah.
Pada suatu hari, ketika guru tersebut mengajar, kelas lebih ribut dari biasanya. opik sendiri waktu itu asyik baca komik di kelas, ga memperhatikan guru di depan. Guru tersebut sempat menegur kami, tapi tidak dipedulikan. Ketika kelas kami semakin ribut, guru tersebut lalu duduk di meja guru, bersedekap, kemudian menundukkan kepala. Kelas tetap ribut seperti biasa, sampai akhirnya seorang teman yang menyadari keanehan yang terjadi, akhirnya kami saling berhush-hush untuk mendiamkan kelas. Semua perhatian tertuju pada guru tersebut yang terus diam, kami pun saling berbisik, saling menanyakan soal apa yang terjadi. Kelas tetap dalam keadaan hening sampai akhirnya bel berbunyi, menandakan waktu pelajaran tersebut berakhir. Guru tersebut langsung beres-beres dan keluar.
Kami yang penasaran mendekati meja guru dan ada yang ikut keluar. Meja guru ternyata basah, sehingga kami sadar apa yang terjadi. Guru tersevut makan hati aibat kelakuan kami sampai menangis di meja guru. Sejak kejadian tersebut kami mulai agak mengurangi kenakalan dan keributan kami, dan mulai memperhatikan guru. Mungkin sekali kami akan mengalami hal yang sama bila ada di antara kami yang di depan atau mengajar. Mungkin saat itulah kami belajar untuk memahami perasaan orang lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar