Sori kali ini ga berupa tanya jawab. Mungkin ini topik yang agak kontroversial dan banyak perdebatan, tapi inilah pandangan opik.
hari ini opik baca berita di PR dimana sebuah RSU terpaksa harus menolak pasien-pasien misikin karena tunggakan utang jaminan kesehatan yang sudah mencapai miliaran. Jika tidak ada pembayaran dan pelayanan gratis terus dilakukan, ada kemungkinan RSU tersebut harus ditutup. (dalam hati, kemungkinan klo diaudit keuangan pasti ga lolos nih.)
Membaca berita ini, opik pun langsung terbayang pada kondisi yang serupa di AS, soalnya opik suka baca blognya redhead, seorang farmasis disana, yang juga mengeluhkan bahwa sistem kesehatan gratis yang dicanangkan terus menggerogoti keuangan negara dan juga merugikan para farmasis. salah satu contoh kasus adalah sering tidak terbaharuinya harga obat yang ditebuas, sehingga jika perusahaan farmasi menaikkan obat, apotek-apotek disana merugi dan beberapa bahkan bangkrut. Terlihat disini bahwa sesuatu yang gratis dibayar oleh yang lain dengan sangat mahal.
opik tidak hanya memperhatikan soal kesehatan, tapi juga soal pendidikan. Pendidikan yang dicanangkan gratis juga mencanangkan masalah, darimana gaji guru dan karyawan sekolah dibayar, bagaimana pemeliharaan bangunan, dll. opik teringat suatu cerita, di sebuah desa dahulu ada sebuah sekolah yang diusahakan secara mandiri oleh masyarakat, tiap hari, para siswa membawa secangkir beras untuk hidupnya sekolah tersebut, tapi lalu pemerintah mendirikan sebuah SD Inpres dan menutup sekolah tersebut. Masyarakat sana merasa sudah terlepas dari kewajiban mengusahakan pendidikan dan menyerahkan segalanya pada pemerintah. Nah, yang namanya SD Inpres kan susah datengin guru ke daerah terpencil, perbaikan bangunan susah, dll, dan akhirnya SD tersebut bubar.
Disini kita melihat, tidak ada sesuatu yang gratis, bahkan yang terlihat gratis sekalipun diberikan pada kita dengan mengambil harga. opik setuju dengan pendapat dosen opik yang berkata bahwa sistem yang berlaku harusnya bukan gratis, tapi murah dan bersubsidi silang. Yang mampu dan berkelebihan membayar dnegan pantas atau lebih, dan yang miskin semampunya, jangan digratiskan karena akan keenakan dan memakainya secara.
Bandingkan orang yang mendapatkan barang yang bernilai secara gratis dengan orang yang mendapatkan suatu barang yang bernilai dengan susah payah. Misalkan itu obat yang penting untuk kesembuhan dirinya. Akan terjadi perlakuan yang sangat berbeda terhadap barang tersebut. yang gratis sangat mungkin mudah sekali kehilangan dan dengan mudahnya minta ganti, sedangkan yang mendapatkannya dengan susah payah sangat mungkin membongkar rumahnya untuk mencari yang hilang itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar