Ini merupakan artikel yang menjadi autokritik bagi dunia farmasi sendiri. Entah kenapa sejak masuk sampai menempuh apoteker saat inim, kayanya di farmasi selalua da kubu-kubu yang selalu menyalahkan satu sama lain, dan ini tidak hanya terjadi di lingkungan Perguruan tinggi, tapi juga merembet keluar.
Pertentangan ini macam-macam, tapi ini yang paling jelas telanjang opik lihat:
Bahan kimia vs Bahan alam
Farmasi Produk vs Produk klinik
1. Bahan Kimia vs Bahan Alam
Nah, ini sih bukan hanya farmasi aja yang tengkar, yang awam-awam tengkar. kalau yang awam-awam tengkarnya sih bahwa bahan alam pasti lebih baik dari bahan kimia, karena pasti lebih aman. Tapi eits, lihat kenyataan dong, gini ya, bagian yang paling terasa beracun di antara seluruh bagian di farmasi ITB, percaya atau tidak, adalah bagian bahan alam. bau segala macam pelarut ada disana, dan boleh dibilang paling kotor diantara bagain farmasi lainnya.
Lalu Bagaimana dengan klaim keamanan. Mungkin banyak diantara kita yang baca obat-obat kimia menemukan efek samping yang rasanya hebat-hebat dan sangat wah, sehingga kita menjadi sangat takut menggunakan obat. Tapi yang bahan alam pun diserang dengan mengatakan bahwa bahan alam itu "seolah-olah" tiada efek samping karena memang tak pernah ada penelitian tentang itu, dan yang diketahui efek sampingnya disembunyikan.bagaimana jika tahu ada efek samping pada suatu bahan kalau tidak pernah diteliti?
Soal bikin sakit atau tidaknya, perlu diingat banyak bahan alam yang jadi racun, sengatan lebah, botulinum pada daging sapi, dan racun panah orang Indian itu apa ga dari bahan alam? bahan kimai diserang bahwa mereka bisa buat hati dan ginjal rusak, tapi toh para pegonsumsi jamu juga harus ingat bahwa banyak pasien yang dirawat di RS yang jebol ginjal dan hatinya karena banyak minum jamu.
Lalu berkenaan dengan keilmiahan. opik kutip perkataan dosen saja, dosen opik waktu itu kesal karena yang milih farmasi kimia sebagai tempat TA lebih sedikit dibandingkan dengan yang bahan alam, jadi keluar ucapannya "kenapa sebuah tempat yang meneliti bahan yang sudah jelas bisa kalah dari tempat yang cuma bekal keberuntungan dan kocok-kocok doang." Keilmiahan bahan alam memang di posisi yang suliyt, karena mereka tak melalui studi yang benar-benar ketat seperti bahan kimia dan kandungannya banyak sehingga membingungkan, bagaimana bisa dibuat hubungan efeknya dengan kandungan yang begitu beragam dan seringkali tak seragam antara sampel kesatu dengan sampel berikutnya.
Ini bermasalah lho, karena sudah banyak contoh bahwa beda tempat, cuaca dan musim bisa membuat kandungan bahan alam berubah, contohnya jahe, ada perusahaan yang biasa mesan jahe dari A berubah mesen ke B, dan ternyata kandungannya 2x lipat yang tak disadari dari awal, ini kan bisa bikin keracunan.
2. Produk vs Pelayanan
Klo produk dibilangin orang-orang yang cuma berada di belakang, maka orang-orang farmasi klinik dibilang tukang obat.
Ngapain bikin produk yang bagus-bagus kalau ga ada yang mau makai...balasannya...Masa namanya farmasi tapi ga bisa buat obat?.
Kalau produk dibilang hanya melakukan pekerjaan sama yang beruangkali dan inovasinya tiada...maka orang-orang pelayanan dibilang orang kurang kerjaan karena stres ga ada pekerjaan.
dan ini kelihatan kok kalau liat mereka bertemu. Apa di farmasi diajarkan egoisme dan golongan mereka adalah yang terbaik? soalnya lihta pelajaran dan kuliahnya saja seperti itu, kenapa sih ga bisa gandeng tangan sama-sama. Kok bisa ada kuliah yang ninggiin RS dan ngerendahin apotek. ini kan udah ga bener. ya panjtes aja farmasi ga maju-maju karena seringnya tengkar antar sesama.
ohya, ini salah satu link dari luar yang bagus
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.2042-7166.2010.01052.x/full
merendahkan sekali bahan alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar