Selasa, 01 Maret 2011

Siapapun bisa menulis resep!


dari : http://www.theangrypharmacist.com/archives/2005/08/everyone_can_wr.html

Adalah sangat mengagumkan bagaimana komunitas kesehatan telah berubah sejak beberapa tahun terakhir. Saat memulai Profesi ini, hanya dokter dan Perawat yang bisa menulis resep. Semuanya bahagia, dunia pun damai.

Lalu, beberapa idiot memperbolehkan Certified Nurse midwife and Holistic Medicine untuk menulis resep. Kapan kegilaan ini berhenti? Apa pesuruh adalah orang berikutnya yang berwenang meresepkan?

Aku di kampus selama 7 tahun dan hanya bisa meresepkan pil morning after. Kemudian beberapa orang pergi ke Career College, mendapatkan CNM dalam 5 bulan dan bisa menulis apapun.
Darahku mendidih saat melihat orang-orang ini meresepkan sebagai berikut:
Suspensi Amoksisilin, 234,3 mg 3x sehari untuk 10 hari.

Ini mungkin terlihat bagus untukmu, tapi farmasis manapun akan bilang “Hei! Suspensi amoksisilin hanya ada dalam 125mg/st, 250mg/ st  400mg/st. Apa para ibu bisa mengukur 4.7372143 mL? ga mungkin! Ini amoksisilin, bulatin aja ke kekuatan terdekat! Ini bukan pelajaran yang begitu rumit! Kau bisa memberikan 2 g, 3x sehari pada bocah-bocah dan takkan ada yang terjadi (tentunya bila tiada alergi).

Jika kau bekerja untuk profesi ini, kau mungkin bertanya-tanya ini mau kemana. Yap, ini hanya fakta buku vs akal sehat. Tentu saja dokter beneran akan menggunakan akal sehat dan meresepkan 250 mg/ts 3x sehari untuk 10 hari dan membuatnya mudah bagi siapapun. Namun seorang CNM melihat buku pegangannya, menggunakan kalkulator dan menulis apa saja yang tertera di sana, bahkan mungkin saking “rajinnya”, semua angka ditulis.

Dan tidak sampai disitu. aku melihat mereka menulis Hydralazine untuk gatal-gatal (semestinya Hydroxine, waduh, kau baru saja membunuh seseorang). Dan juga memberikan kekuatan obat yang sudah pasti keluar dari mimpi mereka (Ultram 100 mg saat ia hanya tersedia dalam 50, komen tambahan: emangnya farmasis msti nyediaan pabrik racikan kecil untuk memenuhinya? apalagi klo pasiennya ribut-ribut dan bersikeras sediaannya ada hanya karena ia diresepkan, duh) dan juga meresepkan obat terkini dan terhebat, tak tahu bahwa harganya bisa sampai langit ke-7 (Zyvox).

Bayangkan klo komputer dan mesin yang meriksa itu....entah apa yang akan terjadi

Hmm, klo di Indonesia mungkin kasusnya untuk Bidan, Perawat dan Mantri yang bisa merespkan. Untuk Bidan sih memang tak masalah selama resepnya sesuai dengan keahliannya (yang terkait kehamilan serta ibu dan anak), tapi akan jadi masalah kalau resepnya seperti obat dokter pada umumnya, dan meresepkan untuk keadaan-keadaan di luar kehamilan dan hal-hal yang terkait. Contohnya saja kalau ada bidan merespkan untuk diabetes dan sakit jantung. kacau-kacau
Untuk perawat dan mantri ga usah ditanya, udah banyak contohnya, apalagi di daerah pedesaan dan daerah-daerah tertinggal. Masalahnya, terkadang pemakaian obatnya tidak benar. Misalnya untuk kortikosteroid, banyak sekali kasus dimana penyakit apapun dikasih kortikosteroid (ya betametason, prednison, prednisolon, mometason, dll) yang emang cespleng dan langsung kerasa efeknya, sayangnya, jadi keterusan. 

Klo sakit kasih itu, sedikti2 ngerasa pegel, minum kortikosteroid, akibatnya....sistem pertahanan tubuh melemah, tubuh-tubuh berkurang kemampuannya memproduksi hormon-hormon yang bersteroid, mukanya jadi berbentuk bulan dan jadi tergantung pada kortikosteroid. dan satu lagi, banyak yang ga tahu aturan makainya, mestinya kortikosteroid dimulai dari dosis terkecil, ditingkatkan seidikit-sedikit sampai mulai sembuh, lalu diturunkan perlahan. Jangan diberikan dosis besar tiba-tiba atau tiba-tiba diputus kortikosteroidnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar