Senin, 28 November 2011

IBF vs pernikahan Ibas-Aliya

dari milis FLP

Release: FLP Tolak Pelecehan Terhadap Pecinta Buku
Posted by: "Yons" senjakarta@gmail.com freelance_corp
Date: Sun Nov 27, 2011 8:19 pm ((PST))

Acara Indonesia Book Fair (IBF), bagi penerbit dan pecinta buku telah menjadi acara rutin tahunan. Ajang ini adalah momentum bagi bertemunya para pecinta buku, penulis, sekaligus promosi bagi para penerbit buku untuk secara langsung menyapa pembaca. Namun, tahun 2011 ini acara rutin tersebut telah digeser secara semena-mena oleh penguasa (Presiden SBY) padahal tempatnya jelas berbeda.

Dalam pengumumunnya, panitia IBF 2011 menginformasikan bahwa IBF yang diadakan di Istora Senayan Jakarta tanggal 26 November yang jatuh hari Sabtu, diliburkan karena pada hari/tanggal tersebut ada acara kenegaraan yang berlangsung di Gedung JCC. Kita semua tahu, acara yang disebut acara kenegaraan itu sebenarnya acara pribadi presiden yang menikahkan anaknya.

Atas dasar itu pihak istana menggeser acara pameran buku itu dengan semena-mena sehingga banyak menimbulkan kekecewaan bagi para pengunjung dan pecinta buku pada umumnya.

Alasan bahwa liburnya IBF 2011 pada tanggal 26 November telah dikoordinasikan karena ada acara pernikahan tidak dapat diterima. Sebab, IBF 2011 merupakan acara rutin yang tanggal penyelenggaraannya biasanya sudah ditentukan satu tahun sebelumnya.

Pihak istana mungkin berpikiran acara pameran buku bukan sesuatu yang penting. Jadi enteng saja menggeser acara semaunya. Tapi, bagi dunia perbukuan dan penerbitan, peristiwa ini adalah tragedi. Sebuah wajah nyata pelecehan terhadap para pecinta buku telah dipertontonkan.

Mensikapi hal tersebut, Badan Pengurus Pusat (BPP) Forum Lingkar Pena (FLP) Pusat yang membawahi 29 wilayah, 130 cabang dengan lebih dari 5000 anggota di dalam maupun luar negeri, menyatakan keprihatinan mendalam terhadap tindakan semena-mena tersebut. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa pemerintahan SBY lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan rakyatnya. Juga menegaskan ketidakberpihakan pemerintah dalam memajukan dunia literasi di Indonesia.

FLP berharap semua pemimpin bangsa baik dari tingkat bawah sampai atas, benar-benar peduli pada dunia perbukuan, sebab hal ini adalah bagian dari dunia pendidikan yang ikut menentukan nasib baik Indonesia ke depan.

Jakarta, 28 November 2011

Setiawati Intan Savitri
Ketua Umum FLP Pusat

CP: Humas FLP Pusat (Yons Achmad) 021 9487 1657 atau redaksiflp(at)gmail.com

Senin, 14 November 2011

Lexapro dan Citalopram

dari sini, baca yang lengkapnya disitu

http://www.jimplagakis.com/?p=4830

Ini kasus di AS,

Ini kasus penukaran obat anti depresan, Lexapro, suatu obat paten yang jauh lebih mahal dan "diciptakan" dengan mengubah sedikit dari obat sebelumnya (celexa, yang isinya juga Citalopram) dijual dengan harga yang lebih tinggi dan marketing yang "ga bener"

Marketing yang "ga bener" ini udah sampai senat, yang ngeluarin dokumen berhalaman 88 yang menjelaskan soal marketing yang ga bener ini. judulnya Lexapro Fiscal 2004 Marketing Plan,

Oleh perusahaannya, Forest serta konsultannya, Lexapro dianggap sebagaio obat yang superior, namun kliam ini tak dibuktikan secara statistik, dan FDA juga tidak mengharuskannya, karena menganggap Celexa dan Lexapro sama.

Banyak dokter menganggap Lexapro lebih baik, tapi tunggu dulu, banyak kritik yang mengaggap mereka bilang begitu karena dibayar oleh industri. sampai2 di link yang opik kasih, si med rep datang ke farmasisnya karena merasa dirugikan sebab farmasisnya menganjurkan pasiennya nuker obat ke citalopram yang jauh, jauuuh lebih murah, sehingga dokter terpaksa menurut.

Berapa uang yang dihabiskan untuk marketing ini? 34 juta dolar ke 2000 dokter.

dan tak sampai disitu, bahkan ada tuntutan hukum pada industri Forest tersebut karena menganggap industri melakukan marketing ilegal pada dokter agar obat tersebut dan celexa diberikan pada anak-anak.

Dan amrketingnya gila2an, pemberian uang pada dokter oleh Forest pada tahun 2008 hanya bisa dilampaui oleh Eli Lilly, Pfizer, Novartis dan Merck — perusahaan yang penjualan tahunannya 5-10x dari Forest

Kamis, 20 Oktober 2011

Teman-temanku

Kali ini mau bikin daftar siapa aja teman yang diingat dari masa kecil dulu

Pertama2, tentu saja di Inggris, disana ada anak2 dari indonesia dan malaysia juga, opik kenal supreme takwim, terus Imran beserta saudaranya yang banyak jadi ga apal (ada Iqbal dll), turs ada Tika, satu-satunya cewek yang diingat, lalu Dias, teru siapa lagi ya...?

klo di sekolah di Inggris, opik ingat tuh wali kelas Miss Read, ada Usman, Amy, lalu ada Ben, opik juga sahabat dekat ama Usman.

Abis itu pulang ke Indonesia, padahal mau ke kelas 3 waktu itu, sayang juga karena ga ngerti apa2, jadi perpisahannya ga disiapin dengan baik, opik masih ingat ketika berjingkrak dan bergembira ria ketika naik kelas 3 dan sekelas dengan Usman serta beberapa teman yang lain, sayang opik ga pernah masuk.

Terus di Indonesia, yah paling kenal dari keluarga dekat dulu, ya sespupu2 dan saudara2, temen benerannya baru dapat ketika masuk SD Bina harapan di Bandung, ada Donald, Iwan, Adit, Ega, Yogi, Asep, Brian (masih temenan sampai sekarang), Dimas klo perempuannya paling ingat Suci aja, ada dua lagi sih yang ingat yaitu nadia ama Fitri tapi ragu namanya bener atau nggak.

Terus masuk SD Darul Hikam pas kelas 5 ampe klas 6, disini ketemu Dwiki, Opik, Roby, Dyan, adit, Adinda, U-Z dll, sebenarnya sih opik masih ingat wajah tapi suka lupa nama, apalagi yang cewek

Abis itu masuk SMP 5, disana ketemu banyak orang, Adit (napa sih namanya banyak banget yang Adit?) Ivan, Tomi, Bintang, Adunk, Iqrar, Rezandi, Vepoy, Aji, Fahmi, Bargez, Rudi, Erik, Edrik, Desilia (ni opik ingat sebagai cewek tae kwon do yang suka main bola), Jaka Maulana dan Jaka Maulana S, Dede Rizki, Amanda, Dame, dll

Nah, Ketika masuk SMA 5, pergaulan mulai berubah sejak opik masuk keamanan 5 dan Destroyer, pokoknya cara bergaul berubah, dan opik mulai lebih bebas dan terbuka kepada teman2, kini teman2 opik bukan orang yang sekedar kenal aja tapi juga yang benar2 bergaul

klo SMA sih, rasanya semua jadi teman, bahkan bisa kenal ampe 2-3 tingkat di atas, jadi ga usah disebutin, soalnya teman seangkatqan meski ga kenal benar juga tahu.

samapai sini dulu ya, untuk teman2 kuliah nanti saja

Hal2 yang spontan dilakukan

Main bola terus tiap abis ashar di lapangan gang 4,

ngelap dan ngeringin lapangan, meski sendirian

bantuin orang pas mau naik bukit di deket rumah

jingkrak2 dan jelalatan kemana-mana tanpa sadar

itu adalah beberapa hal yang pernah dilakukan opik pas masih muda dulu, yah, pas sd ampe SMA, dan masih nampak bekasnya sekarang, beberapa yang lain misalnya
- ngucapin salam dengan semangat dan panjangnya pas nyampe rumah
- manjat2 pohon kersen buat ngambil buahnya
-main di gunung lumpur
-hujan-hujanan dan main di tempat yang banjir
-jalan2 entah kemana, p[okoknya ke atas ke gunung tanpa arah dan coba2 nemuin jalan, entah pakai kaki atau naik motor
-Pas SMA sering tiba2 bergerombo dan jalan2 entah kemana buat sekedar refreshing
dll

wah pokoknya klo dipikir2, emang masa kecil itu paling enak, tanpa beban, dan ngebuat kita bebas ngelakuin apa aja, yah mungkin sedikit nyerempet aturan dan akal sehat, tapi pada akhirnya itu jadi cerita yang Indah.

Dan klo dipikir2, itu juga yang ngebentuk diri kita.

Kamis, 06 Oktober 2011

Apa sih yang dimaksud dengan Homeopathy?

Ini opik dapetin dari situs ini:
http://www.sciencebasedmedicine.org

jadi mohon koreksi klo salah karena ini baru opik reka ulang dari satu sumber saja.

Ada kesalahpahaman yang sangat besar menganai Homeopathy. Homeopathy yang sering "diserang" dan dimaksud oleh mereka yang menulis di situs tersebut bukanlah pengobatan alternatif, herbal, atau menggunakan bahan2 alami sebagai yang selama ini masyarakat awam pahami.

Tapi, Homeopathy yang dimaksud adalah pengenceran "bahan aktif" yang diklaim ada dalam ramuan hingga konsentrasi yang sangat encer. Air atau bahan pengisi, (misalnya bubuk laktosa) akan meningat dan mengambil ingatan/resonansi/vibrasi ajaib dari bahan aktif tersbut, sehingga bisa menyembuhkan.

membingungkan, nih contohnya, produk dari Boiron, dari prancis, salah satu perusahaan homeopathy terbesar didunia

salah satu produknya, Oscillococcinum, mengandung Anas barbariae hepatis et cordis extractum 200CK HPUS. Ini berarti Anas barbariae hepatis et cordis extractum aka ekstrak hati bebek, diencerkan 1/100-nya, dan pengencerannya dilakukan 200x, jadi hasilnya...(0,01)^200 = ...hitung aja sendiri.

dan inilah yang dianggap tidak masuk akal...dalam keadaan yang begitu encer, bahkan keberadaan ekstrak hati bebek itu juga diragukan.

jadi sekali lagi, berhati-hatilah dengan homeopathy ini. mengencerkan suatu bahan hingga sebegitu encernya bagi opik adalah suatu penipuan.

MP3 player-USB-flashdisk write protected

ini masalah yang suka ditemui banyak orang, dan kini dialamai opik, tepatnya adik opik yang perempuan, adik ketiga.

Data di MP3-playernya ga bisa dikopi maupun dihapus, tulisannya, tentu saja write protected. Karena ga tahu apa yang harus dilakukan, opik surfing internet...tapi hasilnya?...nihil saudara-saudara. cara yang di internet ga ada sampai akhirnya nemuin satu forum yang mengajarkan cara2 yang agak di luar kebiasaan untuk urusan ini...

ternyata eh ternyata, tombol locknya dipasang...jadi begitu tombol lock di mp3-playernya dioffkan, semuanya, langsung beres, ternyata ga perlu repot2 pakai regedit maupun control panel saudara-saudara sekalian.

jadi klo mp3-player yang difungsiin sebagai penyimpan data/USB/flashdisk, liat dulu tombol lock-nya klo tiba2 muncul tulisan Write protected

Selasa, 04 Oktober 2011

Gelut cuman 5 detik

Ini sebenarnya bukan pengalaman opik, tapi pengalaman adik opik. Yang akhirnya sampai pada jkesimpulan, meski di cerita, film, komik, dll, digambarkan bahwa pertarungan itu lama dan bisa berjam-jam, realitanya, pertarungan satu lawan satu itu cuma perlu beberapa detik klo benar2 serius

Hah, kok dia bisa sampai pada kesimpulan begitu? begini ceritanya...

Waktu itu, ada seorang preman yang menghampiri adik opik (namanya fajri) yangs edang mau naik motor. Preman tersebut langsung memegangi kerah baju fajri dan ngancam sambil membentak agar fajri menyerahkan motornya. Pokoknya sangarlah...

tapi alih2 takut, fajri yang ikut ekskul pencak silat tadjimalela langsung gerak refleks. sikutnya ditempatkan di sebelah kiri lengan kanan si preman dan langsung digerakkan ke kanan, mengakibatkan pegangan si preman lepas dari kerah. Tidak berhenti sampai disitu, tangan kiri fajri langsung memegangi leher si preman dengan jempol di sebelah kiri (maksudnya bila ada perlawanan bisa langsung dipelintir, ga kaya cekikan biasa (jempol tangan kiri di kanan) yang kurang kuat klo mau melintir leher).

Ternyata, gerakan sikut yang pertama mengakibatkan tangan si preman patah. Kebetulan ada satpam, dan keduanya langsung dibawa ke pos. Setelah tahu kejadian rincinya, si satpam hendak menyerahkan si preman pada polisi, tapi sama fajri ditahan, diajak berdamai saja, kata fajri "di islam, kan pencuri dipotong tangannya, nah, orang ini kan udah potong tangannya, jadi udah bisa dibilang dia udah dapat balasan, kan ga bagus ngehukum dia lagi." dan akhirnya, masalah dianggap selesai.

Sebelum kejadian ini, fajri meragukan bahwa gerakan refleks yang diajarkan pas ekskul silat bakal berguna, karena lebih terlihat seperti main-main. Begitu juga gelut dan perkelahian, fajri mengira hal-hal seperti ini berlangsung lama. Eh ternyata, gerakan refleks itu berguna banget, dan bisa dibilang membahayakan, terus, gelut itu ga usah lama-alam seperti yang biasa kita lihat di film2 jackie chan, cukup beberapa detik udah selesai.

Nah, setelah kejadian ini, fajri langsung menemui guru pencak silatya dan menceritakan kejadian tersebut. Berdasarkan aturan di ekskul tersebut, penggunaan silat untuk membahayakan orang dapat tabokan 10x, tapi setelahnya, sang guru langsung menepuk-nepuk pundak fajri dan mengatakan, "bagus, bagus", mengindikasikan tindakannya sudah benar.

Tapi kenyataannya begitu, gelut di realita hanya beberapa detik.

Minggu, 02 Oktober 2011

Ujian Apoteker Part 4

Setelah semua persiapan selesai, eh persiapan bersama selesai, kini tinggal menunggu Hari H. eh ternyata persiapan pribadi, seperti jaslab, jurnal pribadi, kemasan dll baru nyadar di hari2 terakhir persiapan. Walah kacaulah jadinya

Jurnal pribadi dan kemasan brosur dan tetek bengek itu bisa diberesin, toh bisa minta bantuan teman2 selab steril (kita sama-sama dalam satu perahu/kapal kan?), tapi soal jas lab yang biasa ini baru jadi maslah. Pertama-tama opik ke adik yang pertama, si Nasrul, yang meminjam jas lab yang biasa sejak pertama kali masuk ITB, tapi pas ditanyain kemana jaslab itu, blang nggak tahu dan dia udah lama ga pakai...APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?!!! masa ga ada sih???? ya udah akhirnya karena didesak2 dia ga mau juga, opik cari pinjeman, eh dapat dari si Defri fa08, trus nemu jas lab yang digeletakkin di rak himpunan, ya udah pinjem dulu, nanti balikin pas ujian dah beres. Ternyata hal yang harusnya bikin kacau bisa beres dalam seketika... itulah namanya pertolongan Allah.

malam sebelum Hari H1, terus baca-baca jurnal pribadi dan ngebetulin klo ada kesalahan, terus baca2 juknis. Ini biar ketika berada di sana sudah tahu apa yang harus dilakukan, ga perlu lagi liat lemabaran lagi. malam itu benar2 ga bisa tidur dengan nyaman, meski opik akui jauh lebih nyaman dibandingkan dengan sebelum ujian pustaka.

Hari H datang, opik bersiap-siap dan lalu ke kampus setelah memastikan persiapan perangnya lengkap. Dan sesuai dugaan, kebanyakan Genk steril sudah datang pagi-pagi dan mulailah kita bahas apa saja yang bakal dilakukan dan apa yang mungkin terjadi, nah, tapi ada yang belum datang hingga batas waktu, yaitu fangfang, dia baru datang ketika semuanya sudah hampir masuk lab.

Nah, salah satu persoalan yang opik ga bisa pecahkan selama ujian ini adalah, meskipun sudah kebelakang sebelum masuk lab, tetap saja beberapa saat kemudian ingin kebelakang lagi, padahal baru sebentar. dan ini terulang lagi, untungnya kali ini boleh, soalnya ga ada larangan ga boleh ke belakang selama ujian praktek.

Nah, ternyata didalam, ga berjalan sesuai rencana, pengarahan dari pak Sukma agak lama. nah, begitu selesai, kita langsung tulis bagian sterilisasi agar bisa segera kerja. Ternyata nulisnya juga agak lama, dan ketika sterilisasi, meski udah cepat-cepat, tetap aja waktu sterilisasinya panjang, wah, udah kebayang stres dan paniknya waktu itu, udah bahas2 segala kemungkinan, tapi akhirnya tetap saja pada rencana semula, meski ada resiko diundur.

Yang bikin Genk steril merasa agak bersalah, adalah karena ikut menggunakan autoklaf mikro dan ga bisa selesai cepat. Maaf ya Jojo, wiput, Ayya, dan...aduh dupa euy, udah menghambat kalian, mohon maaf yang sebesar-besarnya,

Bisa dibilang rencana hari pertama jadi kacau, semua terhambat, tim semsol bahkan belum sterilisasi. dan tim larutan kebanyakan belum selesai bikin ruahan, opik sendiri bahkan baru bikin pengadjust pH, sama sekali belum buat sediaan. Kita-kita malah sibuk dnegan tawal-takhir dan ttd ini itu.

Tapi ada satu hikmah dari H1, kita udah selsai persiapan alat dan bahan, dan media pun udah beres. Pokoknya seluruh kebutuhan bersama udah beres hari itu, tinggal cairan digesti peptik yang emang udah direncanain hari kedua. Memang sih kitanya pada agak ketar ketir ngedengar cerita teh Adah yang bilang pas ujian kemarin dia H1 udah selesai bikin ruahan sediaan.

H2, bawa printer dll buat persiapan H3, sekalian udah bikin janji n ngautin hati bahwa hari ini, siang udah beres bikin sediaan, soalnya perlu uji sterilitas yang 1 hari itu. yah, meski tawal-takhir ga seribet sebelumnya, sekarang mah konsen ke sediaan dan uji sterilitas. Pokoknya cepat2 ngerjain dah.

Alhamdulillah, hampir semuanya jadi dah, tapi kasihan si Achi, yang tba2 botol fasa airnya pecah (lebih tepatnya, bagian bawahnya kepotong entah kenapa), dan harus mengulang, untungnya dia bisa cepat. Yang paling berkesan di H2 adalah tatapan Bu Marlia. Susana lab mikro udah ga enak gitu. Klo ga salah, waktu itu opik liayt aya lagi nangis, (hah ada apa), terus opik sedang mau bikin cairan digestik peptik, waduh, udah natapnya kaya nusuk, klo salah sedikit juga dikomentarin dan "diancam" kaya pas nimbang terus tumpah dikit (wah, ibunya udah ngomong nilai bakal dikurangin gimana), cuma ya, tenang aja dan tetap terusin kerjaan, klo mikirin yang salah2 malah kaga beres-beres nanti.

Yang lucu lagi pas uji sterilitas, banyak yang jatuh membran filternya, tapi yang ketauan cuma fangfang, dan itu disuruh ditulis di jurnalnya ama bu Marlia. dan abis uji sterilitas itu, udah plong deh hati, kaya ada beban yang lepas.

H3, udah leyeh2 kita, tinggal bikin kemasan dan evaluasi aja yang ringan2, hampir ga ada masalah. yang jadi masalah cuma pembahasan, ketika sesaat opik nengok yang sari dan adah yang pembahsannya udah b9ikin dari tadi malam dan panjang serta canggih banget, belum lagi daftar pustakanya, itu asa bikin kami2 jadi rendah diri.

Ohya, sekedar tahu saja, ternyata banyak waktu di H3 itu habis buat gunting2 n nulis pembahasan, evaluasi dan nulis bagian jurnal yang lain malah cepat. memang sih opik bermasalah dengan kemasan dll, tapi dengan sedikit mengakali akhirnya selesai, meski hasilnya jelek, yang penting jadi dan menuhin syarat!!!

dan hari pengumuman pun tiba. dan ternyata opik lulus, selai itu, semua genk steril juga lulus, ga sia-sia perjuangan kita selama ini. tapi ada 1 orang yang ga lulus pas praktek ini, yaitu Salman. Ada juga kejadian si Ade pingsan pas pengumuman ditempel, entah kenapa.

Kini, melangkah untuk tujuan berikutnya. habis apoteker mau S2 nih

Rabu, 28 September 2011

Ujian Apoteker Part 3

Akhirnya masuk bagian praktek. setelah selesai ujian lisan (sidang) dan dipastikan lolos, diteruskan di ujian praktek. Sebenarnya agak sedih juga liat temen2 yang ga lolos ke tahap ujian praktek, apalagi ada beberapa nama yang jadi ketua-ketua untuk membantu kelancara ujian apoteker. Jadi ngerasa berdosa karena mungkin karena mengurusi kami-kami yang ujian apotker, mereka ga lulus.

meskipun ujian prakteknya masih jauh (pengumuman kelulusan agustus, sedangkan ujian praktek 20-an oktober), ternyata persiapannya bikin pusing. Selang sehari abis pengumuman, udah kumpul-kumpul lagi buat bahas bahan apa aja yang diperluin. dan ternyata disinilah letak kesulitan dimulai.

Pas kumpul2, baru nyadar klo steril itu ga kaya lab lain yang alat n bahan kebanyakan cuma untuk diri sendiri. Ternyata banyak uji-uji, kontrol ruangan, sterilisasi dan segala tetek bengek lain yang harus diurus bersama, dan perlu kerja sama dan komitmen yang kuat dari seluruh anggota lab steril.

Beruntung saat itu ada teh Adah yang pernah ikut tahun lalu (maaf, ga bermaksud menyinggung, maaf2 bila ditafsirkan "kami merasa bersyukur anda tak lulus kemarin), jadi kita bisa ngebayangin lab asteril itus eperti apa dan bakal kaya gimana. jadi hari itu dah dapet gambaran dan hitungan kasar bahan apa aja yang dibutuhin, dan beberapa tips2 dan koreksi cara ngitung kebutuhan bahan dari teh Adah. jadi hari itu dah dapet jumlah media, jumlah air(kasar), dan kebutuhan bahan seluruh kelompok, cuma alat yang kayaknya masih bingung2.

dan bisa dibilang, kumpul2 pasca pengumuman kelulusan itu berkisar soal kebutuhan alat dan bahan doang, sekalian coba2 bikin jurnal sendiri. Ternyata ngitung kebutuhan alat itu agak susah, mesti dibayangin gimana kita kerja nanti, dan alat ga cuma pas pembuatan, tapi juga untuk pembuatan media, digesti peptik, belum lagi bahas uji sterilitas itu sebenarnya berapa.

nah, tanggal 20-an agustus itu ketemuan ama bu Cici, nanyain sebenarnya kebutuhan bahan itu buat apa aja, dan ternyata buat uji sterilitas dan beberapa uji fisik aja, ada beberapa uji lain yang didispensasi, soalnya katanya waktunya ga cukup, dan pada minggu itu disuruh nyerahin formula bersama jumlah-jumlahnya untuk 1x pembuatan. terus, kita-kita juga dah mulai bagi2 tugas dan nentuin siapa jadi pj apa.

Waktu itu juga lab steril kedatangan temen baru (fang-fang)yang mulanya di lt 3, jadi yang asalnya 10 jadi 11, kebayang lagi kebutuhan membengkak dan waktu akan semakin mepet. Apalagi setelah kita tahu bahwa anak-anak analisis yang ngerjain potensi antibiotik juga akan memakan tempat di lab mikro dan memakai autoklaf, benar2 pusing dah. jadi kami, opik, fangfang, citta, janti, manyin, adah, nessa, achi, vidi, sari, dan Adah harus benar2 meras otak untuk hari H

Pas lebaran datang, diskusi-diskusi itu terhenti, dan kita2 agak bersantai dulu, meski terus terang soal itu kepikiran terus.

pas masuk, ok, mulai bahas soal kebutuhan alat dan bahan secara lebih pasti, dan udah mulai bahas soal juknis dan apa aja yang mesti dilakuin nanti pas hari-H. masih oingat hari sabtu dan minggu sebelum seminggu sebelum hari-H kita duduk di belakang comlabs buat bahas juknis. sabtu dari siang sampe maghrib, dan minggunya dari pagi sampai sore.

Kebayang kita2 dalam satu meja merapikan kebutuhan alat dan juknis sekaligus. maaf-maaf klo kita suka kacau soal kebutuhan alat, Rista, soalnya waktu itu benar2 takut klo ada yang kurang, dan cadangan pun kita cuma 3 orang, ga 2x orang. Trus yang bikin juknis sampai nentuin pj2 pembuatan dan pj otoklaf oven, itu, itu sulit dan rumitnya minta ampun, apalagi opik juga baru tahu harus ada acc-acc segala untuk to-takhir. Belum lagi kepkiran soal "harus nulis jurnal dulu sebelum kerja". wah jadi makin ribet deh.

Dan soal GJ-gj yang ga jelas juntrungannya itu, entah kenapa bisa tya pada saat itu opik munculin istilah kita dalam satu perahu, dan berawal dari situ muncullah grup rahasia "genk steril". Malah si fangfang ampe susah payah nemuin itu dari siapa sih. istilah perahu (dan kapal) itu.

ok, juknis dan alat beres, tapi apa kerjaan sebelum hari H beres? belum, soalnya sabtu minggu itu baru sekedar persiapan untuk seminggu sebelum ujian.

ya beli alatlah, beli kapaslah, beli ini, itu. mesen alat, bawa dari gudang, nyuci2, bungkus-bungkus, bikin sumbat botol, motong2 kertas. aduh, kayaknya kerjaannya dikit, tapi untuk ngerjain satu kerjaan dalam daftar itu perlu tenaga dan waktu yang cukup banyak, pas seminggu itu juga nyepakatin jurnal kita mau dibikin kaya gimana dan isinya apa aja, sama soal kemasan n printer.

Klo dipikir2, kayanya ga bisa deh itu semua dikerjain sendiri, dan opik beruntung banget dikelilingi dan melangkah bersama teman2 yang ga egois dan mentingin kepentingan kelompok dulu daripada diri sendiri. dan akhirnya hari H itupun tiba

Sabtu, 17 September 2011

Anime is for Kids

I've tinked about this, you can see many discussion and articles that point out Anime are not only for kids and those who refuse that the anime they're watching is a childish thing. Just google it.

But I've been thinking about the room for kids in the entertainment world for now. Especially in my country Indonesia where children entertainment such as songs, films, etc are becoming rare, although some pop up, but too many of them are more suitable for teenagers or adults, so it's something that are stuffed to children because there's nothing else.

OK, now back to the original topic. Let's see, if you screen through those anime chart's, what's going on right now and for some years back, we can see that anime for children is becoming more and more rare. Their stories have gone rather complex and too hard to understand for a child, and we get more fanservice and those shot's that kids aren't supposed to see. And it's not just that, some stories that first are targeted to kids get more complex after the beginning and then it isn't for kids anymore.

Why does this happen, are there no more room for kid's in anime, or is money more important. Anime are gonna lose one of their most important audience like this. Not only now, but also for the future. In my opinion, the anime nowadays tend to get more and more faraway from what that "can be accepted by general". Anime nowadays tend to be targeted to more smaller groups and many audience outside these groups tend to dislike it. Take an example of yuri, loli, harem, or those full fanservices anime. Or those with heavy anbd complex stories about conspiracy.

Can Kids Take them? BIg No. The old days anime that used to make kids dream and imagine for a brighter future are now rare. The Kids now can't watch what the kids from a generation behind them can watch. SO what do they watch? Must they watch those anime that aren't suited for them? like here in Indonesia where kids are dtuffed with Music and TV Programs for adult and teenagers. It's bad for their growth.

Once again, let us come back to the beginning, where cartoon and drawings for general were mostly meant to kids. Make the story simple but interesting, and they should have a moral behind the story too. Shield the kids from Fanservice, harem, blood, violence, the complex truth about life, and let them dream for a better future.

Senin, 05 September 2011

Why do we read Quran, even if we can’t understand a single Arabic word?

from
http://islamblog.org/post/312566228/why-do-we-read-quran-even-if-we-cant-understand-a
---------------------------------------

Found on the interwebs.

Why do we read Quran, even if we can’t understand a single Arabic word???? This is a beautiful story.


An old American Muslim lived on a farm in the mountains of eastern Kentucky with his young grandson. Each morning Grandpa was up early sitting at the kitchen table reading his Quran. His grandson wanted to be just like him and tried to imitate him in every way he could.
One day the grandson asked, “Grandpa! I try to read the Quran just like you but I don’t understand it, and what I do understand I forget as soon as I close the book. What good does reading the Qur’an do?”
The Grandfather quietly turned from putting coal in the stove and replied, “Take this coal basket down to the river and bring me back a basket of water.
The boy did as he was told, but all the water leaked out before he got back to the house. The grandfather laughed and said, “You’ll have to move a little faster next time,” and sent him back to the river with the basket to try again. This time the boy ran faster, but again the basket was empty before he returned home. Out of breath, he told his grandfather that it was impossible to carry water in a basket, and he went to get a bucket instead.
The old man said, “I don’t want a bucket of water; I want a basket of water. You’re just aganot trying hard enough,” and he went out the door to watch the boy try in.

At this point, the boy knew it was impossible, but he wanted to show his grandfather that even if he ran as fast as he could, the water would leak out before he got back to the house. The boy again dipped the basket into river and ran hard, but when he reached his grandfather the basket was again empty. Out of breath, he said, “See Grandpa, it’s useless!”
“So you think it is useless?” The old man said, “Look at the basket.”

The boy looked at the basket and for the first time realized that the basket was different. It had been transformed from a dirty old coal basket and was now clean, inside and out.
Son, that’s what happens when you read the Qur’an. You might not understand or remember everything, but when you read it, you will be changed, inside and out. That is the work of Allah in our lives.”

Senin, 29 Agustus 2011

Hukum Ekonomi di Farmasi (Economy Law in Pharmacy)

Well, even though some of the title are in Indonesian, but the post i want to write now will be english.

I surfed around the internet and stumbled upon jay pee's blog, and read this post : http://www.jimplagakis.com/?p=4552. Well Shortage of drug supplies because the profit from selling it is low (or even minus in some cases) has been common there. Can you believe up till 180 drugs are now rare? and these drugs are those older, lifesaving drugs.

Maybe non-health practitioners will start shouting about "where is the heart of those Health care provider/Practitioner" and especially directing there anger to those pharmaceutical Industry who seems to don't care about people lives. But we fa must face it, now the health care world (and also the world itself) is having a dilemma, and that is Money vs Care.

As someone who will be an Apotechary in a few months(if opik pass the exam), opik have looked into the profession. Isn't opening and running a pharmacy a business and also a care provider. But what matters the most? is it those metrics that show your lead time, inventory control, pricing, profit, effectivity, etc, or the care trhat you provide, the feeling you get whe you can solve a patient problem, the relief you get when someone ill gets healed?

It's frustating, more and more now, the pharmacy, whether it's industry, hospital, or in the pahrmacy are becoming "business only". Those vital drugs and service that shuldv'e been provided vanish. Rather, now we have 15 time limit (look at Kimia farma), discounts for pharmacy wrongness and many more.

But don't get us wrong, we need to do this toi survive, otherwise, we'll be Axed from the job, our place will go bankrupt, and the other consequences. So how do we compromise things?

Well, here are some example cases :

1. There was atime in the pharmacy that a patient wanted to buy one kind of the "Obat keras" group,Loperamide" which shouldn't be sold, and the pharmacist there know's she can't sell this, because the patient really doesn't need it yet. The problem is the profit, and a hardheaded patient. So the pharmacist suggests the patient to use Attapulgite and pectin instead (Which is a "obat bebas" can be sold freely witout a Rx), and counsel about the risk regarding loperamide. So she still gets some profit, and th patient have a better drug for his condition.


2. This is when i was in a pharmacy some time ago. As I watched, many Rx that contain patent or brand names was immediately switched to the generic (the cheapest drug, the form that has the INN name, not brand name). Then opik asked about why not give the patient to choose between the patent, brand and generic ones first, because giving a generic immediately will only gain very small profits and giving them the brand ones immediately are rather unethical. Well, we have to respect their choice don't we? This was done, and the profit became larger.

(in this case, if you don't know, in Indonesia, the generics USUALLY use those bad Ingrediaents (from India and China suppliers) and the Patent and brand name USUALLY uses good Ingredients (from europe and USA suppliers) even though this is not always the case, and the difference between good and bad can be very small, like one containing 20 mg, and the bad one only 19 mg)

3.Increasing Sale is not only the way to increase your profit. How many ofyten we stay the pharmacies get pumped out about increasing sales to increase the profit, until the "near death" state. but they can increase much larger just by asking larger imburstment rates from the insurance company, discussing a better contract with the PBF/distributors and companies at their service, and many more. Just don't focus on one are, widen you view friends!!!

So folks, what we are doing in this healthcare system is also a business, ofcourse we care about you, but you also must think about the costs and energy to provide that care. We're just human, we earn profits too, but we also wnat to do it in a good way. Newver ewver think something should be free because there will always be someone or some people paying for those free things.

That's all




Senin, 22 Agustus 2011

Trivia tentang farmasi ITB 2006

http://www.facebook.com/n/?groups%2F185502681517583%2Fdoc%2F190291681038683%2F&mid=4bd14dcG5af373378837G501b95G96&bcode=6am3Ymvm&n_m=opik_bidin%40yahoo.co.id

Trivia tentang 2006 yang tak jadi keluar saat acara buka bareng. COba di uji sedikit wawasan anda mengenai SF 2006 :)

1. Pada periode berapa hingga berapa Ilman menjabat sebagai Ketua Angkatan yang pertama?
2. Sudah berapa tahun kah Utus menjabat sebagai Ketua Angkatan?
3. Siapa saja yang pernah menjadi ketua Syukwis?
4. Ada berapa keajaiban cinta di SF06 merujuk pada koran angkatan?
5. Jumlah total 1 angkatan pada awal tahun ajar 2007 – 2008?
6. Kapan Pelantikan MPAB 2006?
7. Siapakah yang memiliki 3 NIM selama masa S1?
8. Apa mata kuliah yang pertama kali dialami oleh SF 06?
9. Siapakah yang memberikan kuliah umum saat sidang terbuka penerimaan mahasiswa baru 2006?
10. Mata kuliah yang praktikumnya bareng antara STF dan FKK?
11. Berapakah yang sudah menikah di SF06? Bagaimana urutannya?
12. Berapa orang yang keluar dari SF 2006 saat masa TPB?
13. Sebutkan penghargaan yang pernah didapat oleh SF 06 saat olimpiade TPB?
14. Sebutkan lirik yel-yel angkatan SF 2006?
15. Kapan SF 2006 jadi juara 1 HT?
16. Siapa yang berulang tahun tiap tanggal 17 Februari?
17. Siapakah Aku : Aku penghuni lantai 3. Berkantor di lantai 1. Spesialisasiku di bidang Farkin.
18.Siapakah Aku : Aku merupakan penghuni lantai 4. Aku bagian dari KK Farmol. Kemeja kotak-kotak dan celana jeans adalah setelanku.
19.Siapakah Aku : Aku penghuni lantai 2. Termasuk geng sepuh sayap barat. TTKI merupakan keahlian sampinganku.
20. Siapakah Aku : Aku terkenal dikalangan mahasiswa ITB. Aku dapat berada dimana saja. Donat merupakan ciri khasku.

Selasa, 16 Agustus 2011

Ujian Apoteker Part 3

hmm, persiapan yang sangat kurang, hanya membaca sekilas2 semua slide farmasi dan aturan2 baru yang mungkin ditanyakan, itulah persiapan opik menghadapi ujian lisan kali ini. Tebakannya sih ditanya2 di awal pasti tentang dosis.

tengah malam sebelum ujian, iseng2 buka facebook apoteker, eh, lima menit lalu si zulfan posting bahwa kita wajib bawa nametag dan jurnal. walah. langsung ngacir dari depan komputer dan bongkar2 buat nyari nametag. Untung sebagai orang yang suka menyimpan barang buangan di tempat yang layak, ketemu dengan cepat, ga kebayang yang lain yang kartunya dilepas dan dibuang begitu saja harus berbuat apa2.(masih bisa ngescan, motokopi dll sih)

wah, opik urutan pertama di ruang seminar lt 3. Berangkat jam 7 dari rumah dengan kemeja biru lengan panjang dan dasi yang juga biru, dan tak lupa jas hitam ikut serta. Sampai2 jam 7.45, ok, menuju lt 3, liat temen2 lain yang juga pada giliran pertama disana. Sambil menunggu giliran, opik berdiskusi dengan teman2 mengenai apa yang akan dihadapi di dalam.

Jam 8 tiba dan opik dipanggil masuk. opik menandatangani daftar hadir, lalu duduk di kursi. Di hadapan opik ada pak Ketut, Bu Cici, Pak Yeyet, Pak Basuki (industri), Bu BUdi (Teranokoko BBPOM Bdg), dan Bu Sri (RSHS). Dua penguji lain, Pak Emran dan Bu Ambar (APotek KF) belum hadir.

PErtama dari opik sendiri dulu, ngejelasin soal yang dikasih. sekitar 15 menit, ya udah jelasin dari undang2nya, dari farmolnya, dari analisisnya, struktur kimianya gimana, singkat2 aja.

Pertanyaan2 mula2 datang dari pak Ketut mengenai dosis, berapa sih maksimumnya. well, opik jawab tak menemukannya, sebenarnya ada batas dosis oral yang 0,5 mg/kg berat badan, tapi ada dosis injeksi yang 2 mg/kg berat badan. Sebenarnya ada juga sih batas dosis buat anak2, tapi klo ga salah untuk indikasi yang ga dimasukin (ini ga opik sebut, karena opik lupa2 ingat ini untuk apa), jadi terakhir2 opik jawab paling rekomendasi 40 mg sehari.

abis itu yang nanya bu Sri, soal Metoclopramide digunakan untuk apa, informasi obat apa saja yang harus diberikan ke dokter, sistem distribusi apa saja yang cocok untuk obat metoclopramide ini, terus efek samping apa yang kemungkinan besar timbul pada anak. walah2, opik jawabnya ya yang standar2 sih, tapi yang pas pertanyaan sistem distribusi opik jawab sentralisasi dan desentralisasi, bu sri bilang bukan itu (menginginkan jawaban lain), ya udah jawab unit dosis ama persediaan ruang. Terus opik cerita bahwa metocklopramide bisa untuk persediaan ruang, trus ditanya tentang unt dosis dan apakah metoklopramide bisa memakai sistem unit dosis ga? ya opik jawab bisa.

Giliran ketiga adalah Bu Ambar, nanyain soal kenapa metoklopramide masuk golongan obat keras, ya opik ajwab karena sediaan parenteral dst, pertanyaannya berkutat disitu. Lalu nanya tentang penyimpanan dari metoklopramide, yang altux jawab 15-30 derajat dan terlindung dari cahaya, yang disambung soal kondisi di apotek bagaimana. Nah opik ga bisa jawab yang warna etiket untuk sediaan injeksi untuk apa. Kan selama ini diajarin obat dalam-putih, obat luar-biru, makanya opik awalnya jawab putih, tapi salah, makanya bingung, pas keluar dari ruangan nanya2 ke yang lain, yang kebanyakan juga ga tahu, tapi ada yang bilang biru sih.

Terus Pak Basuki, yang nanya tentang steril, ruang kelas, persyaratan air WFI, TOC itu apa, terus nayain soal etik dalam bentuk soal cerita, kaya misalnya kita nentuin batas cfu 10, ternyata realitanya 15, kita harus gimana? opik jawab ya produknya di QC dulu, terus klo misalnya memenuhi spesifikasi ya lolosin, terus ruangannya disterilin ulang lagi. Terus pertanyaan kedua soal gimana klo tablet yang harusnya 100 mg, tapi kita bikinnya 95 mg, karena masih masuk batas legal, ya jawab ga boleh karena secara moral ga boleh, dan emang harusnya produk dibuat dengan maksud mencapai 100%, terserah hasilnya segitu atau tidak. Pak Yeyet nambahin di waktu kadaluarsanya.

Yang terakhir Bu Budi (Bu Cici, Pak Yeyet dan Pak Emran ga nanyain apa-apa)yang nanyain soal undang2. dari mulai UU obat keras, UU kesehatan, definisi sediaan farmasi (Nah, disini opik agak lupa2, tapi akhirnya dengan dibantu dan ingat2 dikit bisa) dst. Nah yang paling bikin bengek adalah saat ditanya soal bagaimana pendaftaran obat baru. Wah, opik lupa soal itu, tapi karena klo diam saja kliatan bodoh banget ya? jadi mulai aja dari persyaratan sebelum didaftarkan, bilang bahwa obat harus diproduksi pabrik yang memiliki CPOB dan harus ada data uji stabilita dipercepat terlebih dahulu.

Nah, dari situ Bu Budi lalu mengalihkan pertanyaan pada CPOB dimulai dari definisi dan tujuan dst (fiuh, padahal khawatir ga bisa ngejawab pertanyaan yang registrasi obat. dan akhirnya pertanyaan habis disitu. (tepatnya dihentikan, sebenarnya bu Budi pingin nanya lebih lanjut, tapi waktunya habis). Abis itu langsung keluar dan cerita sama teman2 soal apa yang terjadi di dalam (wajarlah, apalagi opik yang pertama).

Abis itu pulang dan nungguin senin,15 Agustus 2011 untuk liat keputusan. Karena suatu hal, opik baru liat pada hari selasa 16 agustus, dan ternyata LULUS!!!, tanpa peringatan!!! padahal sumpah, itu jurnal kacau, dapus....no hal....farmol dan farmaseutiknya opik ngasal dll, tapi ternyata LULUS.







1

History of medicine

Nemu dari blognya The Angriest Pharmacist, tapi ditambahin dikit, tentangs ejarah pengobatan

THE HISTORY OF MEDICINE
2000 B.C. - "Here, eat this root."
1000 B.C. - "That root is heathen, say this prayer."
20 A.D. - "That prayer is good, but you have to pray in my name me to get through to Dad."
1850 A.D. - "That prayer is a superstitious chant, drink this potion."
1940 A.D. - "That potion is merely snake oil, swallow this pill."
1970 A.D. - "That pill is ineffective, take this antibiotic four times a day."
1980 A.D. - "Bacteria aren't the problem. Viruses are enemy number 1! Get this vaccination, but you still better take our pills too!"
1990 A.D. - "Taking pills four times a day? That's ARCHAIC! Take this tablet once-a-day."
1999 A.D. - "That once-a-day tablet is cost prohibitive. Take this cheaper generic. It's the same thing."
1999 A.D. - "Their generic once-a-day tablet isn't good enough anymore. Our 'XR' tablet is now the standard of care. And you only have to take it once-a-day!!!"
2000 A.D. "This XR antibiotic kills all the bacteria in your stomach. Take this bacteria capsule four times a day."
2000 A.D. - "Those vaccines are still working, but our data shows they definitely cause autism and some other nasty shit."
2001 A.D. "No, they don't. The data never showed that. Shit happens."
2003 A.D. - "Bacteria are now resistant to this once-a-day antibiotic. We're probably fucked."
2011 A.D. - "Oh yeah, we have immune systems. That's why the vaccines work. Let's just drink the damn tap water and shut the fuck up."
20xx A.D. – “Hmm, making new drugs are too costly. Drugs also makes people live longer when they should’ve died instead, eating funds that should’ve gone to other sectors.

Kamis, 11 Agustus 2011

Tes Kesehatan buat ke NTUST Taiwan

Akhirnya sampai juga ke kamis 11 Agustus, tapi ngapain apa aja sih selama 1 minggu itu?

Ya...opik sebenarnya kurang persiapan. Karena tahu klo sidang kompre kaya gini bakal loncat kemana2, akhirnya opik cuma sekerdar baca-lewat semua materi yang ada, juga nyari2 isu2 yang lagi panas nb baru tentang farmasi di internet. dan baru sangat efektif di 1 hari terakhir menjelang Ujian Lisan.

Kenapa? karena opik waktu itu lagi mikirin tes kesehatan untuk ke NTUST Taiwan. Bingung ke Jakarta trus ke tempat tes kes-nya mesti gimana. Mikir naik bis atau travel, harus naik apa saja dan sederet masalah lainnya...termasuk biaya.

Ya udah ke Jakarta naik Baraya Travel. 50 ribu, naik dari Dipati ukur. Rencananya sih ke Tebet, tapi ga ada yang jam 6.15,adanya jam 8. jadi aja naik yang ke ciputat. Pkiran opik waktu itu adalah, sisa 1.45 jam yang ada bisa dipakai buat nyari2, apalagi klo lebih pagi diharapkan kurang macet. Eh, ternyata Ciputat itu mau paling selatan dan jauh pas liat di Peta.

Tambahan kesialan lagi opik baru ngobrol2 n cerita2 soal opik mau ke Tebet setelah travelnya berangkat dari tempat peristirahatan di jalan tol, padahal ada travel yang mau ke Tebet. Sopirnya sampai bilang "napa ga dari tadi? kan bisa dititip ke yang mau ke Tebet." Ya sudahlah, dari penumpang yang lain dapet info soal bis dan angkutan apa aja yang kira2 bisa dipakai. (kan tempat tes kesehatan banyak, ada di dekat kampung Melayu, basuki rahmar, Dewi sartika, dll).

Akhirnya turun dekat pintu keluar tol, ga sampai ke ciputat, terus naik Bis 72 (ongkos 2000) ke Blok M. Eh, di Bisnya malah dibilangin salah, soalnya dari Lebak bulus kan ada yang langsung ke Kampung Melayu (opik juga inget ada Busway dan angkutan lainnya yang bisa). Tapi karena udah jauh dan bakal buang2 ongkos klo balik, ya udah jalanin aja, apalagi katanya bisa naik bis ke Tebet dari Blok M, 612 dilanjutkan 616 (klo ga salah). Eh, ternyata itu bis lewat RS Pertamina, yang merupakan salah satu tempat tes kesehatan, ya udah turun (beruntung ya?)

dan sigkat cerita tes kesehatanlah sama disuntuik MMR. Nungguin transfer duit buat bayar, ya jam 2-an, biayanya 650.00an, eh, pas zuhur ada dokter Jose Rizal dari Mer-C yang nyeritain pendirian RS Indonesia di Gaza. ya duduk2 ajalah. Trus meriksa saku ama dompet, ada ga ya uang segitu...eh cukuplah, meski ga ada ongkos lagi, tapi jam 2 transfer, jadi tenanglah, bayar. Pulang

Pulang rencananya mau jalan kaki ke Lebak bulus buat naik bis, tapi ternyata ada Baraya travel ada di Fatmawati, wah lebih dekat, kesana aja deh, eh, selidik pun selidik, ada yantg ;ebih dekat lagi, yaitu pondok Indah, ya udah kesana.

Di Pondok Indah keberangkatannya 15.45, jadi nunggu deh. lalu berangkat dan sampai ke Surapati jam 6.30. pulang dah

Jumat, 05 Agustus 2011

MTM (Medication Theraphy Management) dari sudut pandang Farmasis

dari blog seorang farmasi di AS sana (negara bagian Ohio tepatnya)

http://eric-rph.blogspot.com/2011/03/insights-from-fellow-pharmacist.html

opik terjemahin nih, dan persingkat , biar kita ga dibutakan dengan janji2 palsu dan idealita, tapi kita juga harus melihat realita, jangan cuma ikut2an


Saya setuju bahwa Sekolah-sekolah farmasi yang memulainya tapi mereka memulainya tepat saat mereka bermetamorfosa menjadi sekolah pelatihan MTM tanpa mencari apakah MTM itu model praktek kerja seorang farmasis yang dapat diterapkan pada profesi.

Mereka begitu haus akan sebuah model untuk praktek profesi, jadi mereka menerima model bikinan Hepler dan Strand (orang2 yang mula2 mengajukan MTM) tanpa melihat dan meriksa terlebih dahulu apakah model ini bisa diterapkan di lapangan.

Hepler dan Strand membawa "logika farmasi" pada awal 1990-an pada keputusan terakhirnya. Secara kasar, sejak itulah "karena farmasis punya pendidikan obat yang paling resmi, mereka seharusnya menangani terapi obat". Pengumuman soal "Pharmaceutical Care" yang menyebutkan farmasis meti menerima peran ini ada di halaman pertama, tapi di halaman ketiga, tertulis bahwa apa yang mereka usulkan dan percayai menabrak praktek profesi kesehatan lainnya.

Masalahnya, para dokter sudah menangani terapi dan sebagaimana yang telah kita lihat, merekalah yang memutuskan siapa yang ikut campur urusan mereka dan siapa yang tidak. Asisten dokter dan perawat (dengan sedikit perang) melakukan lebih banyak manajemen terapi daripada farmasis. Apa yang kita sekarang sebut MTM adalah aberasi yang telah dimodif agar informasi dapat didapatkan farmasis. Kita tak bisa "menangani terapi" tanpa informasi lab dan pemeriksaan -- medical chart.

Sebuah artikel baru dari 'Chain Store News' menceritakan farmasis K-Mart yang "menyebarkan Injil" MTM. Salah yang teknisi (Asisten apotekernya kalau disini)-nya harus lakukan adalah menelpon dokter untuk mencari hasil lan sebelum dia bertemu pasien untuk mendiskusikan terapi mereka.

Lalu mengapa lulusan sekarang pesimis dan tak antusias. Mungkin mereka melihat kenyataan yang ada. Kau pernah menulis soal med rep yang menghilang, itu karena mereka menghabiskan waktu pada yang tepat - sang penulis resep. Baik perusahaan farmasi maupun dokter takkan memberikan manajemen taerapi pada farmasis.

Perusahaan farmasi mendukung PBM dan order pos mereka. Aku tahu kalau kitabisa lihat para farmasis bersama-sama dan bersatu. Tapi lihat majalah "Drug Topics" seorang farmasis RS bilang ke David Stanley bahwa dia tak bisa mengeluh tentang farmasi retail dan fakta kau harus mengisi 1000 resep sehari adalah karena kau mata duitan. Ini adalah tanda kurangnya pengertian, empati dan kesatuan.

Bahkan Komite nasional pun tak menghargai kita. Dokter berhak melihat siapa yang dapat narkotik, dari siapa dan dari mana, sedangkan farmasis tidak. kita dihalangi dari info yang berguna, yang bisa membuat kita lebih aktif dan berkontribusi.

Tidak hanya soal pelacakan obat yang rawan ketergantungan, informasi kesehatan saja tak tersedia untuk kita, jadi MTM nyata takkan ada. Jika kita mendapatkan sesuatu, itu tak cukup bagi kita untuk memutuskan

Ujian Apoteker Part 2

pertama, opik menahan air selama periode pertama ujian pustaka hari satu sampai istirahat, padahal udah kebelakang sebelumnya. Aneh kan, udah persiapan sebelumnya, tetap aja ga bisa nahan keinginan untuk buang air.

Kedua, opik ga nemu nyari2 JSS bagian bab 2, padahal sebenarnya ada, jadi aja make contoh dari simulasi Eperison.

Ketiga, harus diakui, mau ga mau puasa ramadhan itu sangat berpengaruh. entah itu lapar, lemas, malamnya juga harus bangun dini hari buat sahur dll, itu bikin kita ga 100% biasanya

Jadi aja banyak terhambat bukan gara2 soalnya tapi dari diri sendiri yang ....entah kenapa hambatan itu bisa ada, padahal persiapan seharusnya bisa menghadangnya. Hari 1, bab 1 beres, bab 2 bolong2 dikit

Malamnya, opik coba baca2 jurnal2 metoklopramida yang kemarin2, eh, ada 2 yang berupa injeksi dan 2-2nya lulus, coba baca2, emang kaya gimana...dan coba bikin salinan sendiri dari situ, ngemabnginnya dimana, mana yang dipotong karena ga perlu, mana yang perlu ditambah. Akhirnya bagian bab 3-4 mulai dibikin rangkanya di rumah, potong mana yang ga logis. Untung ingat ampul itu dosis tunggal, jadi ga perlu pengawet, terus ga perlu dapar, cukup adjust aja karena rentang pH stabilita luas. bagian analisis dan wadah IO cuma liat aja, toh nanti juga cuma nyalin dari pustaka, entah itu FI atau florey, dll.

Malamnya emang susah tidur, tapi maksa dan bisa. Serahkan sajalah semuanya pada Tuhan setelah kita juga coba berusaha.

Hari kedua dimulai
Hmm, coba beresin bab 2 sebisanya dengan data yang ada. Membingungkan lho bikin toksisitas dan mekanisme kerjanya. Batas oralnya kecil, tapi klo lewat injeksi, bisa lebih, soal toksisitas, banyak kasus overdosis dilaporkan, tapi efek sampingnya kata mereka bisa keterima dan bisa sembuh dalam 1-2 hari, apa ga gila tuh? Mekanisme kerja ok dopamin, tapi yang serotoninnya bikin bingung, masukin apa kagak. Selebihnya cuma nyalin pustaka (sambils edikit motong), JSS, dan apa yang udah ditulis di rumah.

Tapi ternyata ada yang kurang. 1. prosedur penetapan kadar dan identifikasi pada bab 4,. liat JSS pada mengacu ke bab... padahal di situ ga ada!!! teman2 lain pun menyadarinya, semoga jadi pelajaran buat angkatan berikutnya 2. Satuan celsius suka ga ketulis, siapa tahu dipermasalahin 3. khusus opik, kadar air ga ada di JSS, padahal jadi persyaratan di monografi, jadi teman2 pada teliti ya nanti, siapa tahu ada di monografi tapi ga ada di JSS.


Sudah coba mengerjakan sebisanya, Tapi ga keburu....wadah dan IO juga pustaka cuma bisa sekenanya saja, hal;aman ama daftar isi juga begitu, sial benar, tapi ya sudahlah, mencoba bersabar. Nanti kita lihat di kamis 12 Agustus 2011.

Kamis, 04 Agustus 2011

Ujian Apoteker Part 1

Yeah, setelah Pendidikan Profesi Apoteker, apalagi yang lebih menegangkan daripada ujian apoteker? Ujian yang jatahnya cuma 1 SKS tapi menentukan apakah SKS lainnya berharga atau tidak, karena dengan 1 SKS itu kita diukur layak jadi apoteker atau tidak. Padahal, dari bebannya mungkin harus disamain dengan KP kali ya? paling nggak 4 SKS.

Salah satu hal yang bikin tegang adalah perubahan sistem ujian. Agak heran sih sebenarnya, kini, urutannya adalah pustaka-komprehensif-praktek, padahal dulu, pustaka-praktek-komprehensif, dan ujian pustaka-komprehensif menyatu, artinya kalaupun salah di pustaka, masih ada komprehensif dimana kita bisa membela diri.

Hal lain yang juga berpengaruh adalah pemisahan PPM (produksi dan pengawasan mutu) dengan PF (Pelayanan Farmasi). Ini baru pertama kalinya oleh pihak ITB, dan ujian bagi PF juga tergolong pertama dilakukan ITB. KLemungkinan hal lain yang cukup berpengaruh adalah puasa. Kita ujian apoteker di bulan puasa, apa ga gila apa? Jadi ujian ini bikin pusing, bukan hanya peserta, tapi juga penguji.

OK, mul;ai dari persiapan. Sudah tahu ada tutorialnya, sudah dikasih tahu bahwa sebaiknya bersiap-siap dari jauh-jauh hari, tapi apa mau di kata, tubuh jauh dari Rumah, meski pikiran masih disana (Muikirin ujian dan homesick).

Pangkalnya dari semester 1 (Kliatran banget kan klo persiapan mesti dari awal2 sekali?), opik telat daftar buat KP di Industri, padahal KP di Industri adalah KP dimana kesempatan belajar untuk ujian apoteker menipis, apalagi klo dapet yang di luar Bandung (Kebetulan sekali dapat yang di luar Bandung,).

Jadilah KP Industri di Kalbe CIkarang, yang memang kesempatan untuk belajar ujian apoteker sedikit, ga ada persiapan juga sih, bahannya dalam softkopi, laptop ga ada, laptop teman pada dipakai semua (ga tahu klo di fotokopian sunken ada kopiannya waktu itu). dan jam-jam sesudah pulang dari Kalbe cuma diisi tidur dan ngobrol, lampu ga terang, jadi makin malas buat baca,jadinya kesal sendiri, padahal sudah tahu ujian di ambang mata tapi ga bisa ngerjain apa-apa. Memang sih pulang ke rumah, tapi bacanuya cuma bisa sedikit dan godaan untuk melepas apa yang tertahan selama di Cikarang gede juga (ya main, makan, dan...kegatalan disuruh orang tua).

Yosh, masa KP lewat, ujian 11 hari lagi, ngurusin sedikit logistik, dan coba simulasi ujian pustaka. yah, ternyata seminggu baru selesai, itupun analisisnya ga lengkap dikerjain, cuma sepotong, mana pustakanya amburadul juga. memang sih pakai soal yang agak susah, yaitu tablket Eperison, karena data pustakanya dikit (yang susah dulu lah, kan klo dapat yang gampang jadi sip). Sempat mau ngerjain injeksi ranitidin HCl tapi ga keburu, cuma sampai bab 1.

Salah satu hal yang gawat adalah buku pustaka, memang secara elektronik cukup, tapi yang hardkopi masa cuma FI IV + suplemen aja. Gawatnya, bibi opik yang opik sudah kontak dari jauh-jauh hari ga bisa dihubungi, entah kenapa. Sudah dicoba menghubungi kerabat yang lain yang kemungkinan tahu nomornya, tapi nomornya sama, ga berubah, dan dicoba lagi berulangkali juga tak ada hasil. Akhirnya coba ke kang Irul(kakak kelas) ama Bu Rani(tetangga sebelah), lumayan dapat bukunya (terutama Pharmaceutical Codex dan Drug info handbook, dua buku itu sakti banget). tahu kit ujian ternyata ada di fotokopian, langsung deh borong.

OK, persiapan ada, meski bisa dibilang kurang. dan akhirnya melangkah ke ujian tahap pertama. soal dapat apa ya? ternyata eh ternyata, dapat metoklopramida HCl injeksi 10 ampul. kok perasaan pernah dengar? rupa-rupanya ini pernah dikerjain pas pratikum likuid semsol bagian steril, pertama lagi. soal 53, lembar jawaban 79. OK, cukup lancar sih sebenarnya pustaka dll, soalnya datanya lengkap, jadi tinggal nulis aja. Tapi ternyata ada hambatan tak terduga dan salah antisipasi, yaitu...

Menjalani Pendidikan Profesi Apoteker

Berkaca dari pengalaman menjalani pendidikan profesi Apoteker di ITB, opik mencoba merenung dan merunut lagi jalan yang telah ditempuh.

pertama, apakah opik telah salah memilih jalan?


mengapa yang pertama adalah hal ini? Kejadiannya begini, waktu pendaftaran untuk apoteker, sebenarnya opik waktu itu tak terlalu mempertimbangkan banyak hal dan banyak diburu-buru oleh hal lain. Pendaftaran apoteker untuk oktober dibuka sehabis kita lulus sidang, dimana kita masih belibet nyelesaiin urusan administrasi hanya dalam 2-3 hari, dan pendaftaran apoteker pun dalam waktu yang mepet. Sempat sih minta pertimbangan orangtua, dan mereka malah bilang semuanya diserahkan pada opik, sesuai kemauan opik. Jadinya ya, ga sempat mikir ini itu, dan langsung mendaftar.

Padahal, dipikir2, opik sebenarnya bercita-cita jadi dosen atau peneliti yang sebenarnya ga perlu menempuh program apoteker. Apalagi di benak opik saat itu, mungkin sekali opik ga akan memilih bidang farmasi untuk melanjutkan pendidikan, tapi bidang lain yang secara teknis dekatan dengan farmasi, seperti kimia, teknik kimia, instrumentasi atau teknik industri.

Kedua, Kok program apoteker seperti ini ya?

Ini setelah kalau dirunut-runut secara mendalam, banyak sekali bagian di apoteker yang merupakan pengulangan S1, pokoknya banyak banget teori-teorinya dan idealitanya, namun kurang dalam praktek dan realita di lapangan. opik terutama merasakan sekali hal ini dalam aspek2 industri seperti permesinan, PPIC, sistem HVAC, analisis vendor, pelaksanaan CPOB dan masalahnya, pokoknya merasa kurang banget. Kliatan dan kerasa banget pas KP, kitanya suka bengong pas di tempat KP, entah itu di POM, apotek maupun pemerintahan, karena kita nggak tahu dalamnya kaya gimana sih dan kita itu mau ngapain, jadi ada kesempatan belajar dan berbuat yang tersia-siakan

salah satu hal yang membingungkan adalah, PPM (jurusan industrinya) diberikan materi klinik sedangkan PF (jurusan kliniknya) diberikan materi Industri. Alasannya sih biar seimbang antara klinik dan industrinya, soalnya kan di S1 udah diberikan materi yang cukup banyak mengenai industri atau klinik di jurusan masing-masing.

Tapi menurut opik dan banyak teman yang lain, ini malah memperlemah kekuatan masing-masing. Hal ini sangat terasa di Industri dimana ketika ditanya-tanya mengenai berbagai hal yang seharusnya didapatkan di kuliah apoteker, terpaksa kitahanya bisa terdiam saja. Mau jawab ga bisa...mau bilang ga dapet di kuliah apoteker juga malu.

Ketiga, kok ada mata kuliah atau isi kuliah yang dirasa penting ga ada?

Ini pertanyaan yang muncul setelah KP dan diskusi soal kita-kita bakal kerja dimana. Yang paling heran adalah kita ga dapat mata kuliah kimia klinik, yang berarti menghilangkan kesempatan untuk bekerja di lab-lab klinik, atau paling ga harus belajar lagi klo masuk sana, juga menyebabkan kita ga bisa membaca kondisi tubuh. DI kimia klinik kita juga diajarin pembacaan angka-angka. misalnya SGPT dan SGOT pada rentang segini adalah normal, glukosa darah segini sampai segini ga normal, dsb, yang sangat penting diketahui untuk mengetahui mana obat yang ga boleh dipakai dan penyesuaian dosisnya.

perasaam ga dapat kimkli sangat terasa ketika ujian farmakoterapi, kami-kami yang di PPM bingung ketika harus baca angka glukosa darah, PSA, SGPT, SGOT, kandungin urin, yang kita ga tahu maksudnya apa.

Salah satu hal yang juga disayangkan adalah pengewtahuan tentang CPOB, proses produksi dan mesin-mesin. PPM tidak mendapatkan matkul farmasi industri, sehingga praktis pengetahuan tentang CPOB yang praktisnya tidak ada, hanya yang mengawang-awang. ga tahu pelaksanaannya gimana sih di Industri. Dengan alasan yang sama, pengetahuan tentang proses produksi juga sedikit.

Nah, klo soal mesin-mesin dan proses yang terjadi, sedikit juga sih pengetahuannya. Proses mixing, blending, cutting, pengeringan dll. opikmingat ada 2 dosen yang naruh perhatian pada hal ini, yaitu pak sundani dan bu Ninet. Dan itu sangat beruntung sekali karena kitanya masih bisa jawab-jawab sedikitlah soal mesin dan proses serta mengerti sedikit soal proses produksi. tidak kosong-kosong bangetlah.

Keempat, dan mungkin yang terakhir, adalah jangan terbawa arus.

Mengapa hal ini jadi penting. Sebab memang sekarang farmasi klinik sedang gencar dimana-mana, teta[i, jangan lupa bagian farmasi yang lain, baik itu bahan alam, analisis maupun proses produksi. beberapa yang menjadi bahan adalah :

1.Dalam ujian di banyak PT, apoteker diuji konselingnya, tapi ga diuji apakah bisa meracik atau memproduksi obat, padahal bukannya farmasi adalah "The art of Compounding and Dispensing"? kok malah konseling yang cuma sebagian kecil dari "Dispensing" didahulukan untuk diuji, sedangkan meraciknya tidak?

2.Percaya atau tidak. Apoteker itu suka ribut. sekarang sih yang sedang gencar adalah industri dengan pelayanan. Kenapa sih ga bisa bersatu dan saling mengerti klo emang ada keluhan dari pelayanan soal produk yang ga mengerti kesulitan mereka yang sampaikan saja baik-baik. Pelayanan juga harus mengeti proses produksi obat ga mudah, dan mengubah satu hal saja dari obat bisa membutuhkan validasi proses yang rumit untuk memastikan mutu obat tetap terjamin

3.masih banyak persoalan industri jamu/pengobatan tradisional yang harus diselesaikan. Berpegang bahwa pada jamu/tradisi ini merupakan kekuatan Indonesia, sebaiknya ini yang diperkuat. Misalnya penemuan zat anti kanker pada banayk tumbuhan obat dan senyawa2 baru didalamnya, harusnya ini diperkuat, tapi kondisi sekarang malah lemah dengan banyaknya obat2 luar. Mungkin sekali, hal ini terkait kebanggan pada produk lokal yang sangat lemah. Lebih banyak menemukan : Dari Cina, Arab, Teknologi Jepang, Teknologi Jepang, terpercaya dari AS, daripada warisan karuhun, asal Madura, Asli Maluku, Tradisi Minang, dll. Yah, saatnya mempercayai kekuatan kita sendiri

Sabtu, 16 Juli 2011

Jangan Pernah Memberikan Suatu Hal Yang Berharga secara Gratis

Sori kali ini ga berupa tanya jawab. Mungkin ini topik yang agak kontroversial dan banyak perdebatan, tapi inilah pandangan opik.

hari ini opik baca berita di PR dimana sebuah RSU terpaksa harus menolak pasien-pasien misikin karena tunggakan utang jaminan kesehatan yang sudah mencapai miliaran. Jika tidak ada pembayaran dan pelayanan gratis terus dilakukan, ada kemungkinan RSU tersebut harus ditutup. (dalam hati, kemungkinan klo diaudit keuangan pasti ga lolos nih.)

Membaca berita ini, opik pun langsung terbayang pada kondisi yang serupa di AS, soalnya opik suka baca blognya redhead, seorang farmasis disana, yang juga mengeluhkan bahwa sistem kesehatan gratis yang dicanangkan terus menggerogoti keuangan negara dan juga merugikan para farmasis. salah satu contoh kasus adalah sering tidak terbaharuinya harga obat yang ditebuas, sehingga jika perusahaan farmasi menaikkan obat, apotek-apotek disana merugi dan beberapa bahkan bangkrut. Terlihat disini bahwa sesuatu yang gratis dibayar oleh yang lain dengan sangat mahal.

opik tidak hanya memperhatikan soal kesehatan, tapi juga soal pendidikan. Pendidikan yang dicanangkan gratis juga mencanangkan masalah, darimana gaji guru dan karyawan sekolah dibayar, bagaimana pemeliharaan bangunan, dll. opik teringat suatu cerita, di sebuah desa dahulu ada sebuah sekolah yang diusahakan secara mandiri oleh masyarakat, tiap hari, para siswa membawa secangkir beras untuk hidupnya sekolah tersebut, tapi lalu pemerintah mendirikan sebuah SD Inpres dan menutup sekolah tersebut. Masyarakat sana merasa sudah terlepas dari kewajiban mengusahakan pendidikan dan menyerahkan segalanya pada pemerintah. Nah, yang namanya SD Inpres kan susah datengin guru ke daerah terpencil, perbaikan bangunan susah, dll, dan akhirnya SD tersebut bubar.

Disini kita melihat, tidak ada sesuatu yang gratis, bahkan yang terlihat gratis sekalipun diberikan pada kita dengan mengambil harga. opik setuju dengan pendapat dosen opik yang berkata bahwa sistem yang berlaku harusnya bukan gratis, tapi murah dan bersubsidi silang. Yang mampu dan berkelebihan membayar dnegan pantas atau lebih, dan yang miskin semampunya, jangan digratiskan karena akan keenakan dan memakainya secara.

Bandingkan orang yang mendapatkan barang yang bernilai secara gratis dengan orang yang mendapatkan suatu barang yang bernilai dengan susah payah. Misalkan itu obat yang penting untuk kesembuhan dirinya. Akan terjadi perlakuan yang sangat berbeda terhadap barang tersebut. yang gratis sangat mungkin mudah sekali kehilangan dan dengan mudahnya minta ganti, sedangkan yang mendapatkannya dengan susah payah sangat mungkin membongkar rumahnya untuk mencari yang hilang itu.

Jumat, 17 Juni 2011

DI Industri Farmasi ada apa sih?

T : Kemana aja kemarin, kok sempat menghilang?

J : Iya nih, lagi KP di salah satu industri farmasi (IF), tempatnya susah untuk ngenet dan berhubungan kemana-mana.

T : Ngapain aja sih farmasi di Industri secara umum?

J : Dari pengalaman opik dan teman-teman selama disana, lebih kerasa pekerjaan sebagai seorang manajer dan admin, selain itu, karena pembagian tugas sudah sangat jelas (lah iyalah, salah satu IF terbesar di Indonesia), kita bisa saja mengurus satu kerjaan yang itu-itu saja, jadi mungkin terasa membosankan.

T : Suasana di sana gimana?

J : Wah, antar bagian, shift dan orang bisa sangat berbeda. Ada yang mengerjakan pekerjaan yang rutin jadi ga terlalu tertekan, ada juga yang bisa bekerja dengan ceria dan penuh canda-tawa. Ada juga yang dikejar-kejar target dan melihat visual control-nya (Viscon-semacam alat kendali kinerja yang dibuat mereka sendiri)sangat tak layak, sehingga suasana penuh kesuraman dan keseriusan.

T : Kalau suasananya membosankan, penuh tekanan dan gak mengenakkan bagaimana? contohnya gimana tuh?

J : Well itu harus dihadapi, kan itu juga tantangan di dunia kerja. Misalnya mengentry data-data yang udah mencapai 5 box, dengan tenggat waktu seminggu, apalagi itu harus ditambah dengan memeriksa apa ada yang salah. Belum lagi kalau data itu adalah prosedur yang perlu dites, belum lagi kalau saat prosedur tersebut dites gagal.

Hanya saja perlu diingat, suasana itu diciptakan dari kita sendiri, kalau kita bisa mengerjakannya dengan riang, menganggap itu semua sebagai hal yang menantang yang memacu diri kita, Penting juga untuk sesekali bercanda dengan teman dan saling curhat.

Dan salah satu hal yang penting, jangan terjebak dengan rutinitas. kita bisa saja terbiasa dengan apa yang biasa kita lakukan, sehingga kita anggap itu benar dan paling tepat, padahal penting juga untuk melakukan upgrade dan perbaikan.

Kita bisa memperbaiki sistem dengan hal-hal kecil, misalnya merapikan barang, memberi label-label, memakai stiker yang diprint(sehingga tidak perlu lagi cape-cape nulis di setap tempat dan produk)atau membuat papan informasi.

Selain itu manfaatkan komputer dan teknologi informasi, jangan sampai jadi orang yang paling rajin membuang kertas

T : Well, rasanya sampai ini aja dulu deh,ada kejadian yang aneh2?

J : Ada sih 2 yang diingat, yang pertama ada salah satu gedung yang ada penunggunya. pernah pagi-pagi ada karyawan yang lari ketakutan gara-gara ngeliat ada "sesuatu" disitu.

yang kedua, pernah satu line produyksi berhenti cuma gara-gara ada yang lupa nutup pintu, jadi air masuk sehingga harus dilakukan perbaikan harus dilakukan disana sini.

Dari yang pertama belajar bahwa ga selamanya rasionalitas berlaku, dan dari yang kedua adalah belajar untuk cermat, teliti dan telaten, jangan ceroboh, apalagi di IF yang terkait obat, padahal orangnya mungkin hanya lupa atau sedikit ceroboh, tapi gara-gara itu satu lini produksi berhenti

Beberapa Singkatan Terkait IP

Cuma bercanda ini mah
setelah beberapa kali posting yang panjang-panjang
rasanya kali ini cukup yang pendek-pendek saja

Nasakom : Nasib satu koma
PMDK : Persatuan mahasiswa satu koma
Himatika : Himpunan mahasiswa tiga koma

Senin, 23 Mei 2011

cefixime vs amoxicillin


by Sjaikhurrizal El Muttaqien on Saturday, May 21, 2011 at 1:10pm
(Ini notes FB kakak kelas di S1 Farmasi dulu, menggambarkan praktik kesehatan yang buruk saat ini...jangan bingung ama judulnya ya...)


Gw bingung mau gw kasih judul apa ini notes, tp drpada bingung mikirin judul, tp isinya kaga jadi2, mending gw kasih judul cefixime vs amoxicillin . Yup, keduanya jenis antibiotic, notes ini pun ga jauh dr dunia farmasi a.k.a obat-obatan. Setelah bingung ngasih judul, ternyata ningung juga mau dimulai darimana ceritanya..hehehe

Gw ga ngerti tentang dunia farmasi-klinis-praktis maupun industrinya saat ini, karena selain kaga nerusin ke program profesi apoteker, gw juga ga pernah tau selak beluk dunia farmasi, baik industri maupun klinis. Y ang gw tau cuman farmasi yang ada di jurnal penelitian :)

Apa yang gw tulis disini cuma sebatas curhatan apa yg gw alami , tanpa maksud menyinggung pihak manapun, dang w pun mencoba menulis dengan sehati-hati mungkin (rada parno dengan kasus Prita) hehheee. Tujuannya, selain cuma curhat n berbagi, siapa tau dari kawan-kawan sejawat di sini atau siapapun bisa turut mengurangi permasalahan ini.

Alhamdulillah, gw termasuk tipe orang yg jarang ke rumah sakit , (bahkan gw lupa, kapan terakhir kali gw dirawat inap) bukannya krn jarang sakit, tp emang klo sakit paling banter ke klinik terdekat, murah, deket, dan ga ribet. Kalo emang kata dokter ga parah-parah amat, resep dr dokternye pun kaga gw tebus, selama masih bisa make obat2an stok yg ada dirumah, yg penting surat keterangan sakit nya uda didapet :). Kebiasaan ini berubah semenjak gw berkeluarga. Gw semakin care dengan kesehatan, tapi bukan kesehatan gw pastinya, untu istri dan anak gw :)



Waktu itu, bini gw hamil 2 atau 3 bulan (gw lupa, yg jelas msh trimester pertama). Beberapa hari itu, bini gw mengalami batuk. Awalnya ringan, tapi berubah menjadi batuk kering yang cukup parah . Kambuhnya kalo malem. Bukan hanya ngebuat dia dan gw ga bisa tidur, tapi batuk tsb juga ngebuat dia dan janin kita yg ada di kandungannya merasa ga nyaman. Bayangin aje kalo batuk nye udah parah, perut ikut kenceng ketarik pas lagi batuk, dan bukan hanya sekali dua kali batuknya. Klo kondisi bini ga hamil, mungkin dia bakal gw kasih obat batuk umum yg dijual bebas dipasaran, tapi krena kondinya begini, gw sebagai anak farmasi jd mikir dua kali. Sempet nyari2 di buku ISO n searching di internet buat cari tau tentang obat yg aman buat ibu hamil, tapi ga dapet yg bener2 meyakinkan. Gw juga sempet konsultasi ke mas jarwo, kebetulan doi baru aja lulus apoteker dan bininya juga dlm kondisi hamil.

Bener apa yg gw duga, saran dr jarwo, berhati-hati mengkonsumsi obat ketika istri hamil di trimester pertama, krena kondisi ini paling rawan. Sarannya lg, minum jeruk nipis aja pake kecap n madu. Ga nunggu lama, gw pun langsung meracik ramuan tsb. Tapi, efek nya ga terlalu lama. Tengah malem, kondisinya kambuh lagi. Gw pun semakin kasian, ama bini gw, juga ama janin yg ada di perut bini gw. Keesokannya, gw putusin bawa bini gw ke dokter kandungan rumah sakit besar di daerah rumah, sekalian buat cek kandungan juga (walaupun secara rutin , gw n bini selalu cek kandungan di klinik dokter kandungan di deket rumah).

Setelah konsultasi, bini gw request untuk minta obat batuk yg bener2 aman buat dia n janinnya. Setelan nebus obat, gw liat obatnya, dan liat profil info obat, ternyata ga ada kontra indikasi buat ibu hamil (gw lupa nama obatnya). Tapi ada satu yg aneh, selain obat tsb, ada juga vitamin yg dikasih tuh dokter ke bini gw, (mungkin multivitamin untuk ibu hamil), padahal si dokter sempet nanya ke bini gw “vitamin nya masih ada dirumah?”, dan bini gw bilang “masih banyak dok”. Yang bikin bini gw bingung, harga nya itu 250 rebu, buat vitamin doang . Padahal klo gw cek kandungan di klnik kandungan langganan biasa, 125 rebu itu udh termasuk vitamin, USG, n konsultasi. ckckckkc. Gw ga ambil pusing, yang penting bini gw sembuh, dan janin nya nyaman n sehat. cuman itu yg ada di otak gw, ga terbesit sama sekali kenapa si doketer ngasih vitamin semahal itu.



Kasus yg diatas belum cukup menyadarkan gw tentang masalah yg skrang baru gw sadari. Selanjutnya, gw mengalami kasus ke dua . Jauh-jauh hari pas hamil, bini gw bilang klo nanti melahirkan mau di deket tempat tinggal ortunya, biar bisa lebih nyaman, n belajar ngurus bayi nantinya. Akhirnya kita putuskan di rumah sakit tertentu, sambil mencari info tarif nya juga tentunya, baik operasi maupun normal. The day nya pun tiba. sebelum check in, gw harus membayar biaya/tarif persalin normal terlebih dahulu, karena memang rencananya normal, dan dr rekomendasi doketer kandungan yg menangani bini gw juga ga ada problem di bayi dan ibunya. Alhamdulillah berjalan normal. sesuai rencana, Lahirlah Muhammad Rafan Aktmar El Muttaqien.,

Senang dan haru menyelimuti ketika melihat keajaiban ini., sampai ketika sorenya, suster perawat bilang ke gw klo hasil pemeriksaan lab menunjukan bahwa bayi gw menunjukan kadar leukosit yg sangat tinggi (bilirubin normal) ., dan dokter anak yg menangani gw merokemdasikan untuk memberikan terapi antibiotik ke anak gw. Salah satu kemungkinan penyebab nya katanya karena pecahnya air ketuban kandungan bini gw.

Rasa senang begrubah menjadi ketakukan klo terjadi apa2 ama anak gw, tanpa piker panjang, tanpa konsultasi dengan siapa pun, tanpa ba bi bu, gw pun menandatangani persetujuan untuk pindahin anak gw ke ruang NICU a.k.a ICU nya bayi . Paket persalinan normal yg gw ambil pun batal, karena ada tambahan penanganan buat anak gw n nambah hari perawatan. Sistem yg dipake skr adalah bill/tagihan berjalan. Krena ada tambahan terapi ini, mau ga mau anak gw kudu masuk ke ruang NICU. Di sana, bayi gw diterapi antibiotik untuk bakteri gram positif n negatif secara injeksi (gw lupa namanya), dan dibuat saluran khusus di punggung telapak tangannya, biar mempermudah penyuntikan.kasian bgt dah liatnye..ga tega.

Hampir semua suadara, kawan, dll yg datang menjenguk pun bertanya ke gw, “kenapa haus diterapi antibiotik?bukannya udah biasa ya kalo kadar leukosit bayi itu tinggi pas lahir?” Atau pengalaman dr beberapa temen yg bilang “anak gw juga dl leokositnya tinggi koq, tapi ga diterapi antibiotik, krena nolak pas disuruh terapi antibiotik”.

Bikin bingung sih, tapi yg bikin lebih bingung ngeliat tagihan biaya tiap harinya..hehhehehe, membengkak dr estimasi awal. Tp alhamdulllah, emang dasar rejeki si bayi...:) Kasus kedua cuma menyadarkan sedikit sisi keframasian gw, yg banyak menggunggah gw cuma istilah “komersialisasi”, itu yg sering diomongin temen2 gw setelah ngobrol tentang kondisi bayi gw..hehhehe.



Mari beranjak ke kasus berikutnya. Kini Rafan uda hampir 2 bulan. Suatu hari, bini gw ngeluh agak sdikit nyeri dipangkal tangannya, ngebuat dig a nyaman, terutama saat menyusui. Karena ada sedikit benjolan, tidak teralalu besar, ngebuat gw semakin panic. Keesokannya, gw nyuruh bini gw ke RS untu k periksa, gw ga bisa nemenin krena dokternya praktek sore hari. RS in sama dengan RS yg gw kunjungin waktu bini gw batuk. Gw nyuruh ke itu RS krena dr fasilitas cukup lengkap. Dokter bilang ini cuma bisul. Bini gw pun minta obat yg ama2 buat ibu menyusi. Berkali kali dia bilang ke dokternya tentang hal ini. Setalah pereksa, bini gw laporan via telepon.

Dia dikasih antibiotik oral (cefixime)+analgesik+vitamin. Semua nya habis 600 rebu an lebih. Mmmm, lumayan lah, tp gw nyoba nepis mslah biaya dr otak gw, yg penting ketakutan gw hilang, karena cuma bisul. Ga lama, bini gw nelp lagi, kondisi gw msh di jemputan pulang. Dia bilang , klo hasil googling dia untuk antibiotik cefixime tidak disarankan untuk diberikan untujk ibu menyusi, dan dia ga berani minum . Sesampenya di rumah, gw liat detail resep n kuitansinya, dan ternyata harga antibiotiknya ini hampir menyentuh angka 300 rebu untuk 8 kaplet nya. gilaaaa..padahal gw tau obat ini ada generiknya, dan harga nya 50 rebu an . .udah mahal, ga jelas pula..

gw cari detailnya lagi.ISO, Goodman N Gilman gw ubek2. Bahkan ampe ke situs produsen yg ngebuatnya nyantumin info produk ini,

dari segi indikasi, berikut gw copy in dr info produk via web produsennya:

Cefixime diindikasikan untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan antara lain:

1. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia coli dan Proteus mirabilis.
2. Otitis media yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae (strain β-laktamase positif dan negatif), Moraxella (Branhamella) catarrhalis (sebagian besar adalah beta-laktamase positif) dan Streptococcus pyogenes.
3. Faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
4. Bronkitis akut dan bronkitis kronis dengan eksaserbasi akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (strain β-laktamase positif dan negatif).


Koq ga ada permaslahan infeksi kulit ya?kek bisul?

ah, mungkin, dokter nya punya pertiimbangan lain, makanya gw ga ambil pusing maslah indikasi obat..pengetahuan farmol gw juga uda nguap.



di bagian peringatan dan perhatian penggunaan obat :

* Penggunaan pada ibu menyusui

Belum diketahui apakah cefixime diekskresikan melalui air susu ibu. Sebaiknya tidak menyusui sementara waktu selama pengobatan dengan obat ini.

* Penggunaan pada bayi baru lahir atau bayi prematur:

Keamanan dan efektivitas penggunaan cefixime pada anak-anak dengan usia kurang dari 6 bulan belum dibuktikan (termasuk bayi baru lahir dan bayi prematur).



Dibeberapa sumber lain yg gw cari, yg paling melegakan cuma bilang kalo dalam kondisi menyusui harus dalam pengawsan dokter dalam penggunaan obat ini. Karena waktu konsultasi tadi bini gw uda minta obat yg aman buat ibu menyusui,dia pun langsung menghubungi pihak RS. mau sedikit kompalin/minta penjelasan. Krena dokternya uda beres praktek, jadinya telp dialihkan ke penanggung jwb apotek (mungkin apoteker). Bini gw bilang ke penanggung jwb apt,kalo tadi sore dia dikasih obat oleh dokter, yg setelah dia telusuri ternyata ga ada ada data keamanan yg jelas untuk ibu menyusui. Mau tau apa jawaban pihak penanggung jwb apotek tsb ?(sambil di loadspeaker bini gw) “loh emang udah ada gejala/keluhan yg terjadi ya Bu, koq uda mau ganti obatnya??” WTF....jawaban macam apa pula ini,,gw semakin ga yakin ini orang apoteker.

Bini gw msh berdebat terus, ni orang rada nyolot, dan bilang kalo percaya aja ama dokternya dan informasi yg didapat bini gw mungkin kurang valid (padahal bini gw bilang itu info dr web produsen obat tsb+buku2 kuliah suaminya yg orang farmasis..hehheheh). Karena ga ada kesimpulan yg jelas, gw ambil alih telp. dan bilang untuk coba hub dokter lagi dan sampaikan mslh ini..Akhirnya setelah berdiskusi dengan dokter tsb, obat yg bini gw dapet bisa di retur di apotik itu lagi besok.



Keesokan harinya gw balik ke RS tersebut, dan langsung menuju ke instalasi farmasi. Berharap bisa ketemu orang yg gw telpon kemaren, yg sempat mengatakan klo ketakuatan gw wajar seperti apa yg ditakuti orang awam lainnya...awam????

Ditas gw sudah ada beberapa dokumen yg sengaja gw print, sapa tau berguna klo si dokter ato apoteker itu ngajak debat. Tp semua berjalan lancer-lancar aja. Yg ngelayanin gw apoteker lain. Gw pun dikasih obat pengganti, setelah dia berkonsultasi dengan doker yg mereksa bini gw tentunya. Si dokter juga bilang, klo gw tetep ga mau ambil obat itu, terserah aja (bikin w mau ketawa)...Namanya obatnya calmoxilin. Setelah gw liat resepnya, lalu terjadilah diskusi ini;

gw: ini obat paten ato generik ya mba?

mba apoteker: ini paten mas

gw: klo ada generiknya, ganti aja deh mba ama generiknya .!

mba apoteker: generik?? (bingung kyak abis liat setan)

gw: iya, generiknya aja.

mba apoteker: ada mas, amoxicillin.

gw: iya boleh.itu aja..(mungkin di RS itu ga pernah ada yg dikasih obat generik kali ya (dalam hati gw))



Uang 300 rebu gw pun dikembalikan untuk cefixime yg gw kembalikan, dan gw diharuskan untuk bayar 5100 rupiah untuk amoxicillin yg gw ambil ..

seperti apa yg gw bilang sebelumnya,“kalo ada obat paten, kenapa arus generik”.....

dan kini gw pun semakin menghargai apa yg udah gw dapet di bangku kuliah.

semoga buat semua mengangap hal ini sebagai masalah bisa paham..sory klo ada yg kurang berkenan.

Minggu, 22 Mei 2011

Radioaktif---Berbahaya?

T : Wah, dari judulnya udah mancing kontroversi, apa yang mau dibahas?

J : Ya kontroversi itu sendiri, dan mispersepsi soal radioaktif itu sendiri, ingat disini yang dibahas adalah radioaktif, bukan radiasi.

T : Mulai dari mana?

J : dari kontroversi itu sendiri. Tahu kan orang-orang yang menganggap semua radioaktif itu berbahaya, tapi sekarang, sejak beberapa penelitian, ada juga yang berpendapat berbahaya atau tidak itu tergantung dosis.

T : Jadi mirip prinsip racun yang....eh yang mana ya?


J : pernyataan Paracelsus: Semua adalah racun, dan tiada yang tanpa racun, hanya dosis yang membuat sesuatu tak beracun.

T : Cerita kronologisnya gimana nih?


J : opik hanya bakal menceritakan salah satu bahan yang jadi perdebatan saja : RADON, ya, si gas mulia yang radioaktif ini, opik cuplik dari : http://www.naturalnews.com/031785_hormesis_doses.html

- Des 1984
seorang pekerja PLTNuklir menemukan tingkat radioaktivitas di tubuhnya saat masuk ke tempat kerjanya tinggi, bukan saat keluar.Penelitian lanjutan menemukan bahwa tingkat radon di sekitar Reading Prong, Pennsylvania dan berbagai lokasi lain di New Jersey tinggi.

-pertengahan 1980-an
Radon adalah gas, radon bisa masuk tubuh lewat paru-paru. Lalu, kanker paru-paru DIKIRA terjadi karena menghirup radon. EPA mengumumkan kesimpulan yang sangat spekulatif : 20,000 kasus kanker paru-paru terjadi karena menghirup radon. dan dnegan itu, tercipta industri "pemusnah" radon

-1990-1995
Bernard cohen (http://en.wikipedia.org/wiki/Bernard_Cohen_%28physicist%29) tertarik dengan radon ini. Dia meneliti, dia ingin membuktikan ada hubungan antara terhirupnya radon dengan kanker paru-paru. Dia lalu menerbitkan hasil penelitiannya pada 1990, dan menerbitkan pembaharuan pada 1995. Waktu penelitiannya 5 tahun, memakan dana jutaan dolar, dan melibatkan banyak sekali penduduk AS.

Hasil penelitiannya tak terduga dan sukar dipercaya, bahkan oleh Cohen sendiri. Ternyata eh ternyata, korelasi radon dengan kanker paru-paru NEGATIF. Di daerah yang lebih banyak radon, kanker paru-paru lebih sedikit, begitu juga sebaliknya, belum lagi temuan bahwa tempat yang tinggi tingkat radonnya ternyata kanker lainnya rendah, sistem imunnya lebih bagus, dan hidupnya lebih lama.

Saking ga percayanya, Cohen sendiri neliti ulang, tapi hasilnya tetap sama. Karena itu, Cohen langsung matiin sistem ventilasi rumahnya yang mengurangi masuknya radon.

T : Wow, jadi ternyata bahan yang radioaktif ternyata dibutuhin juga oleh manusia. Terus akibatnya apa aja tuh?

J : Mulai ada penelitian ulang lagi soal pemaparan radioaktif, dan Cohen sendiri membantah "Linear no-threshold model" (http://en.wikipedia.org/wiki/Linear_no-threshold_model) yang pada mulanya dipercaya orang. model ini berasumsi tiada batas aman untuk radiasi (yang memang seharusnya tak tepat, liat aja orang-orang yang kena sinar matahari).

Bahkan, Cohen sendiri nantang Ralph Nader, seseorang yang 4x nyalonin diri jadi presiden AS (http://en.wikipedia.org/wiki/Ralph_Nader) untuk mengonsumsi plutonium oksida (plutonium tuh bahan untuk reaktor nuklir) sebanyak kafein yang bisa dikonsumsi Nader, yang akan dilakukannya di depan kamera. Ini gara-gara Nader nyebut plutonium sebagai bahan paling beracun yang pernah dikenal manusia.

Jadi, sekarang banyak juga orang yang mulai pro nuklir karena penelitian pak Cohen ini. Tapi ingat, ini masih kontroversial, jadi tetap harus berhati-hati dan nimbang-nimbang info yang kita terima.

kalau mau tahu lebih banyak soal yang pro pararan-radioaktif bisa berguna, kunjungi aja situsnya pak Cohen : http://www.phyast.pitt.edu/~blc

dari :
http://www.naturalnews.com/031785_hormesis_doses.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Linear_no-threshold_model
http://en.wikipedia.org/wiki/Bernard_Cohen_%28physicist%29
http://en.wikipedia.org/wiki/Linear_no-threshold_model

Serba Serbi Dosen (3)

T : Dosen mana lagi nih yang mau diceritakan?

J : Kali ini gilirannya pak Andre. Ceritanya pas dia ngajar anak S2. Ceritanya agak-agak nyerempet. dan ini dengar dari teman yang S2

T : Nyerempet kenapa?


J : Dengerin nih.

T : Ok, mulainya gimana?

J : Waktu itu kan lagi kuliah pelajaran...kalau ga salah farmakologi. Terus Pak Andre nerangin soal betapa Tuhan menciptakan tubuh manusia dengan sebaik-baiknya.

T : Neranginnya gimana?


J : Pak Andre mencontohkan organ-organ dan bagian-bagian tubuh yang lunak. Bagian-bagian tubuh yang lunak itu kan selalu dilindungi. Pak Andre mencontohkan otak yang dilindungi tengkorak. jantung dan paru-paru dilindungi oleh tulang rusuk. Dan kelenjar-kelenjar penting yang umumnya letaknya tersembunyi.

T : Itu bisa dimengerti, terus anehnya apa?


J : Sampai situ semua mahasiswa S2 masih ngangguk-ngangguk bahkan ada yang ga serius. Terus Pak Andre bilang "Tapi ada lho bagian tubuh yang lunak tapi ga dilindungi." terus ada yang nanya "Yang Mana pak?"

T : Yang mana tuh?

J : "Lha, itu testis dan penis, bagian itu tak dilindungi tubuh, tapi ada alsannya, sperma memerlukan suhu yang lebih rendah dari suhu tubuh."

T : bwahahaha!!! terus gimana reaksi mahasiswa?

J : Ya kayak pada kesentak gitu...tapi itu belum cukup, pak andre masih bicara juga.

T : Gimana, gimana?

J : Melihat mahasiswanya begitu, Pak Andre bilang " lho, kalian ga percaya, ayo kamu pegang yang punya dia." ke mahasiswa cewek.

T : Parah-parah.

Senin, 16 Mei 2011

Serba Serbi Dosen (2)

T : Kali ini cerita siapa dan apa lagi?

J : Ceritanya soal pemalsuan minyak akar wangi, tetap berasal dari dosen yang sama, Pak Prof. Asep Gana Suganda.

T : Asal muasalnya gimana?

J : Begini, Negara-negara Eropa menolak minyak akar wangi dari Indonesia, soalnya menurut analisis mereka, minyak akar wangi Indonesia tidak memenuhi syarat. Kimia Farma Sempat bingung waktu itu.

T : Lho, Mengapa KImia Farma Terlibat disini?

J : Kimia farma jadi pengumpul akar wangi atau hasil ekstraksinya dari para petani dan penyuling.

T : Oh, jadi begitu. Terus kenapa jadi bingung?

J : Sebab hasil analisis minyak akar wangi menggunakan GC oleh Kimia Farma menunjukkan sampel sama dengan minyak akar wangi yang mereka simpan. Pola kromatografinya sama saja.

T : Berarti sampel dan baku pembandingnya sama dong?

J : Menurut hasil analisis GC begitu, tapi eropa kan udah nolak, berarti sebenarnya ada sesuatu. Karena itulah Pak Asep dipanggil untuk memeriksanya

T : Apa yang dilakukan?


J : Pertama-tama, Pak Asep menganalisisnya menggunakan GC. Hasilnya sama saja. Akhirnya, teknik sederhana digunakan. Sampel dan baku dioleskan ke kertas minyak. Klo baku cepat menguap, sampel tidak.

T : Dari situ ketahuan jadinya ga sama ya? Terus sebenarnya apa sih yang dilakukan untuk memalsukan minyak akar wangi?

J : Iya, jadi terbukti ternyata ga sama. Penelitian lebih lanjut menemukan bahwa minyak akar wangi itu dicampur minyak tumbuhan lain, kalau opik ga salah dengar waktu itu, minyak kacang


-dari kuliah apoteker ITB

Minggu, 15 Mei 2011

Teknologi Farmasi untuk Menurunkan Penyalahgunaan Obat

Ini untuk amerika, tapi bisa jadi inspirasi kita-kita di Indonesia

T : Apa nih yang mau dibahas secara spesifik?


J : Obat ini : Oxycontin (http://en.wikipedia.org/wiki/Oxycodone), golongan opioid yang digunakan untuk (tentu saja semua tahu) menghilangkan rasa sakit.

T : Karena narkotik, pasti disalah gunakan, kan?

J : Jelas sekali, tuh di Amerika susah banget memeranginya, lihat saja di sini :(http://pharmacymike.blogspot.com/2011/04/this-is-why-pharmacists-are-suspicious.html). Orang-orang disana pada pusing karena penyalahgunaannya melalui jalur yang legal. Banyak banget dokter-dokter yang meresepkan Oxycontin ini, dengan sangat bebas.

T : Terus apa yang dilakukan orang-orang farmasi?

J : Pertama-tama, tentu saja menghubungi dokter untuk menanyakan resep-resep yang ga masuk akal. Tapi, disana biasanya begini : Apoteker selalu diterima perawat yang akan selalu mengatakan bahwa resepnya benar, dokternya tak pernah mengangkat teleponnya sendiri. Inilah susahnya, kalau para "pabrik-pabrik" NAPZA bisa dijerat dengan tuduhan melanggar hukum, kalau orangnya memperolehnya secara sah dengan resep dokter, kan pada pusing.

T : Wah, kemudian apa yang dilakukan dengan teknologi farmasi terhadap OxyContin itu?


J : Pabrik farmasinya mengubah formulanya, mereka kini menyertakan polimer baru, sehingga bila dihancurkan, tidak bisa jadi bubuk, karenanya, penyalahguna takkan bisa menghirupnya.

Setiap pecahan tetap mengandung sifat lepas-lambat, jadi bilapun ditelan banyak-banyak, efek narkotiknya ga bakalan sampai yang terasa.

Kemudian, polimer ini akan membuat setiap bagian dari obat yang bersentuhan dengan air menjadi gel, yang sangat kental sehingga ga bisa diinjeksikan ke pembuluh darah, karena pasti nyumbat.

Bila dilihat, ada cetakan OP di tablet Oxycontin yang baru, sedangkan di tablet yang lama tercetak OC

Memang masih ada kelemahan yang bisa dimanfaatkan para penyalahguna, tapi setidaknya, ada tembok yang harus dilewati dulu

T : Emang formulanya apa sih? teknologi yang dipakai apa?


J : Wah itu rahasia perusahaan, tapi bisa dilihat dari beberapa situs, mereka memakai matriks polimer ganda, yang akan tetap melingkupi zat aktif meski dihancurkan.

Dari perusahaannya sendiri ada ini : http://www.purduepharma.com/pi/prescription/oxycontin.pdf
disitu ada formulanya kok

Serba-serbi Dosen (1)

T : Lho, Kok, nyeritain soal dosen masih pakai tanya jawab gini?

J : Iyalah, jadi kepingin beda aja, cuma itu, ga ada maksud lain

T : Apa yang kepingin diceritain sekarang? Terus apa pentingnya?

J : Soal dosen tentu saja, ya tentang apa yang dibicarain di kelas, ceritanya, kerjaannya. Itu bisa ngelepas stress, terus bikin mata kita terbuka, bahwa farmasi itu luas, ga sesempit obat-obatan aja.

T : Misalnya gimana?

J : Nih, Waktu itu, pernah ada dosen mesin yang datang ke prof. Asep Gana Suganda untuk konsultasi soal mesin rusak.

T : Hah!!! apa hubungannya farmasi ama mesin?

J : Ceritanya gini, Waktu itu ada seorang pengusaha yang ngeluh Truknya rusak mulu ketika dipakai ama pekerja-pekerjanya. Dosen mesin yang meriksa mesinnya pas itu curiga dengan bensinnya, soalnya udah utak atik mesinnya, biasa aja, tapi pas diperiksa, ga ada apa-apa tuh bensinnya. Karena bingung, minta bantuan pak Asep

T : Lha, kok malah minta bantuan ke farmasi? Kalau soal bensin, mengapa ga ke kimia aja?

J : Saya juga heran.

T : Hasilnya gimana?

J : Ya, karena sampelnya bensin, ya udah dianalisis pakai kromatografi gas, GC, tapi hasil analisisnya sama aja dengan bensin biasa. kan bingung jadinya.

T : Lho, terus bisa mecahin masalahnya bagaimana?

J : Pakai cara sederhana lho, Pak Asep akhirnya menuangkan sampel ke satu cawan penguap, dan bensin asli ke satu cawan penguap lagi, kemudian dibiarkan semalam. Hasilnya, yang bensin asli habis menguap, tapi yang bensin dari dosen mesin menyisakan hitam-hitam, dan ternyata itu oli.

T : jadi ternyata bensinnya dicampur oli ya?

J : Iya, dan itu ga kedeteksi ama GC

T : Apa pelajaran yang bisa didapat?

J : Pertama-tama, tentu saja bahwa farmasi itu belajar banyak hal, dan adabanyak hal yang bisa dilakukan ama farmasi, ga terbatas ama obat saja. kita-kita nguasain banyak jenis kromatografi kan? Yang kedua, ternyata cara berpikir dan bekerja yang sederhana, yang di luar kebiasaan bisa juga memecahkan masalah. GC ga bisa, ternyata didiamkan bisa. itu aja sih, klo ada yang lain, silahkan aja tambahin sendiri.

-Dari Kuliah Apoteker ITB, ceritanya dengar dari pak Asep sendiri ini

Senin, 09 Mei 2011

Kesalahan Obat

Q : Apa yang dimaksud dengan kesalahan obat?

A : Kejadian yang dapat dicegah, yang mungkin mengakibatkan penggunaan obat yang tak benar dan membahayakan pasien.

Q : Seberapa besar bahayanya?

A : Wah, di Indonesia belum ada data, tapi yang jelas dapat menimbulkan kematian, cacat, memperbesar lama perawatan dan biaya. Kalau di Amerika, diperkirakan 44.000-98.000 pasien meninggal, dengan >1 juta cedera.

Q : Kebanyakan kesalahannya darimana sih?


A : di AS sih Penamaan, pelabelan dan kemasan. Mungkin kalau di Indonesia bisa ditambah dengan kasus salah baca resep, pasti banyak tuh, tulisan dokter kan pada ga bisa kebaca, jadi pada nebak-nebak ini maksudnya apa.

Q : Contoh kasusnya gimana tuh?

A : Ada banyak kasus dimana bayi seharusnya diberikan heparin 10 unit/ml tapi malah dapat 10.000 unit/mL dan sudah banyak yang meninggal. masalahnya, kemasannya mirip, ukuran vialnya sama, labelnya sama-sama biru.

Kalau di Indonesia, banyaklah kasus salah baca resep sehingga pasien ga dapet obat yang seharusnya, ada juga singkatan yang berarti macam-macam, misalnya AZT yang bisa untuk zidovudin dan Azithromycin.

Q : Kalau Jenis-jenis kesalahan obat apa saja?


A : Kategorinya sebagai berikut :

-A. yang dapat menyebabkan Kesalahan
-B. Kesalahan terjadi tapi tak sampai ke pasien
-C. Kesalahan sampai pasien tapi tak ada bahaya yang timbul
-D. Kesalahan sampai pasien dan perlu pemantauan untuk memastikan terjadi bahaya atau perlu intervensi untuk menghilangkan bahaya
-E. Kesalahan sampai pasien yang mungkin menyebabkan bahaya sesaat dan perlu intervensi
-F. Kesalahan sampai pasien yang mungkin menyebabkan bahaya sesaat dan perlu perawatan awal atau diperpanjang
-G. Kesalahan sampai pasien yang mungkin menyebabkan bahaya permanen
-H. Kesalahan sampai pasien yang menyebabkan perlu tindakan untuk menjaga nyawa
-I. Kesalahan sampai pasien yang mungkin menyebabkan kematian

selain itu ada pula yang disebut :

- Errors of commission
yaitu kesalahan yang terjadi karena tindakan diambil. Misalnya memberi obat yang salah, pada rute yang salah, dosisnya salah, dsb

-errors of omission
yaitu kesalahan yang terjadi karena tindakan tidak diambil. Misalnya lupa minum atau memberikan obat


Q : Strategi untuk mengurangi kesalahan obat apa saja?


A :
1. meningkatkan kewaspadaan pada populasi beresiko tinggi
misalnya anak-anak, manula, orang yang gagal ginjal, hati rusak, dll

2.Hindari singkatan dan penulisan yang membingungkan.
misalnya AZT, MTX, atau ,55 mg dan 55,0 mg

3.Kenali LASA (look alike, sound alike) - obat-obatan yang mirip nama atau rupa
misalnya saja obat dari satu pabrik (biasanya kemasannya sama), apalagi yang dari San**.

4.Hati-hati dengan nama dagang dari satu pabrik tertentu
biasanya suka sama, kemasannya pun bisa sangat mirip.

5.Perhatikan obat yang perlu perhatian tinggi
yaitu obat-obatan yang menimbulkan bahaya pada pasien bila digunakan tidak benar. misal Narkotik, psikotropik, jantung, antagonis dan agonis adrenergik

6.Cari duplikasi terapi dan interaksi obat
inilah perlunya didapatkannya sejarah obat pasien, atau obat2 apa saja yang didapat pasien. Klo di Indonesia banyak kasus banyak pasien overdosis saat ditangani dokter yang berbeda-beda karena masing-masing dokter meresepkan obat yang sama.

7. Buat lingkungan yang enak
Cahaya, AC, tataletak ruang, tanaman, jendela yang menghadap ke taman bisa mengurangi stres kerja, dan membantu mengurangi kesalahan, pokoknya buat tempat kerja ergonomis.

8.Jangan memotong peringatan dari teknologi yang digunakan.
Kalau komputer sudah memperingatkan ada sesuatu yang salah, jangan dilewatkan begitu saja

9.Laporkan kasus untuk mengembangkan proses
jangan takut, laporkan saja, tanpa nama. klo di Indonesia ke BPOM

10.Didik pasien
Tunjukkan label, obat, dan ceritakan isinya apa, gunanya apa secara sederhana

sumber:
https://secure.pharmacytimes.com/lessons/200809-01.asp
(10 Strategies to Reduce Medication Errors
Lauren S. Schlesselman , PharmD)

Laporan Dialog Antara Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia dengan Komisi VIII DPR-RI di Melbourne

dari agenda ganesha

HL | 03 May 2011 | 06:14 30752 107 5 dari 7 Kompasianer menilai menarik

Tulisan ini ditulis oleh rekan saya, Teguh Iskanto ketika menghadiri dialog antara Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) dengan Komisi VIII DPR-RI di Ruang Bhinneka Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne pada tanggal 30 April 2011, Pukul 20.00 waktu setempat.

Pembuka:

Setelah bertahun-tahun menjadi WNI akhirnya kesampaian juga saya mendapat kesempatan untuk dapat bertatap muka dan berdiskusi dengan para wakil rakyat. Terlebih tidak terasa sudah 9 tahun 10 bulan saya meninggalkan Indonesia, dan mungkin kesempatan ini adalah satu-satunya kesempatan bagi saya untuk bisa bertemu & bertatap muka langsung dengan para pejabat negara.

Setelah terburu-buru nyupir karena takut terlambat, akhirnya saya beserta istri sampai juga di KJRI sekitar pukul 18:15 AEST, walhasil sesampainya di KJRI terlihat jelas pihak konsulat sudah mempersiapkan acara dengan matang. Makanan, kursi-kursi tamu beserta meja panelis untuk pembicara, semua sudah disiapkan dengan rapi. Waktu sudah menunjukan pukul 18:19 tapi belum juga terlihat tanda-tanda kedatangan para tamu yang ‘terhormat’, padahal di dalam undangan tertulis acara akan dimulai pukul 18:00.

Menunggu sang tamu datang :

Sambil menunggu akhirnya saya menggunakan waktu yang ada untuk sholat maghrib, bercengkerama & beramah tamah dengan kawan-kawan. Di bagian depan terlihat banyak kamera & video dari beberapa media komunitas Indonesia di Melbourne. Berikut ada juga perwakilan Radio ABC Australia yang datang untuk meliput. Sementara beberapa kawan-kawan dari PPIA sudah siap dengan siaran internet radio langsung yang di sebarkan ke seluruh dunia via PPI Internasional, semua alat-alat sudah diset & disiapkan.

Seputar berita-berita negatif yang ada di Internet tentang rencana studi banding anggota dewan, saya sebelumnya juga sudah diingatkan oleh istri dan seorang kawan untuk tidak menghakimi para anggota dewan. “Berikan mereka kesempatan utk menjelaskan alasan mereka, dan jangan pojokan mereka, mungkin ada sesuatu yg kita tidak tahu” , begitu saran yang saya dapatkan dan sayapun setuju untuk menjadi lebih netral dan objektif, lagi pula “who are we to judge people anyway …”
13044058042022829676

Suasana di Konsulat Jenderal RI sesaat sebelum dialog dimulai. Courtesy of Dirgayuza Setiawan.

Akhirnya sang tamu datang juga :

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya sang tamu yang di tunggu-tunggu datang juga, secara persis saya tidak melihat jam mungkin sekitar jam 18:50-19:00. Semua hadirin tampak antusias dan tidak terasa suasana ruangan Bhinneka di KJRI Melbourne menjadi tampak hidup karena semua orang mulai terlihat antusias. Beberapa anggota dewan bahkan ada yang mulai memperkenalkan diri secara pribadi & menyapa para hadirin satu persatu. Beberapa juga ada yang beramah tamah dengan staf KJRI. Setelah beramah tamah sekitar 5-10 menit, staff KJRI mengumumkan untuk memulai acara dengan hidangan makan malam terlebih dahulu. Pada mulanya saya sempat berpikir, wah ini sepertinya strategi dari KJRI untuk meredam pertanyaan pertanyaan dari para hadirin, dengan membuat mereka kenyang dan mengantuk setelah makan … :) he he he
13044035211110947843

Rombongan Anggota Komisi VIII DPR-RI di KBRi Canberra. Sumber: www.kemlu.go.id

Acara Dimulai :

Setelah menikmati santap malam, akhirnya acara dibuka oleh Acting Consul General, Bapak Hadisapto Pambrastoro mewakili KJRI Melbourne. Bapak Hadi mencoba memaparkan komposisi masyarakat Indonesia di Melbourne, yang lebih dari 50% umumnya diisi oleh pelajar. Sebelumnya juga hadirin diingatkan bahwa acara tanya jawab hanya akan dibatasi sampai pukul 21:00 mengingat jadwal kesibukan anggota tim komisi VIII keesokan harinya (which is private dinner bersama staff Konsulat jenderal RI. Kayak gini dibilang sibuk?).

Sementara dari pihak komisi VIII diwakili oleh juru bicaranya Bapak Abdul Kadir Karding (PKB), beliau memperkenalkan anggota tim studi banding satu persatu dengan komposisi 7 orang anggota duduk di meja panelis yang terdiri dari perwakilan PDI-P (Ina Ammania), GOLKAR (Drs. H. Zulkarnaen Djabar), PKS (Ahmad Zainuddin, LC), PKB (H. Abdul Kadir Karding, SPI - Ketua Rombongan & Pembicara), GOLKAR (Dra. Hj. Chairun Nisa, MA), Hanura (Dra. Hj. Soemintarsih Muntoro, M.Si), dan Demokrat (Dra. Hj. Ratu Siti Romlah, M.Ag). Jumlah total keseluruhan anggota komisi VIII yang datang pada studi banding kali ini sekitar 11 orang.

Beliau juga mencoba memaparkan, bidang kerja komisi VIII yang umumnya berkonsentrasi di bidang :

* Keagamaan ( mencakup didalamnya adalah : agama, pendidikan agama, masalah ahmadiyah, pluralisme & terorisme)

* Penanggulangan bencana

* Pemberdayaan perempuan & perlindungan anak

* Kementerian sosial (diantaranya : masalah sosial, lansia, kemiskinan, orang cacat & anak jalanan)

Di salah satu kesempatan beliau juga menjelaskan tujuan kedatangan ke Australia adalah untuk belajar mengenai upaya penanggulangan kemiskinan, diantaranya adalah menyusun konsep rancangan untuk :

* RUU Fakir Miskin

* RUU Kebebasan & Perlindungan beragama

* RUU ZIS (Zakat Infaq Shadaqah) - pengurangan pajak terhadap donasi/sumbangan

* RUU Jaminan produk halal

* RUU Keadilan dan kesetaraan gender

* RUU Pendidikan yang dikelola masyarakat swasta

Beliau juga menjelaskan mengapa Australia adalah negara yang dituju :

* Lebih dekat dibanding negara-negara lain ( sehingga bisa mengurangi biaya )

* Australia memiliki sistem jaminan sosial yang terstruktur dan mapan kalau meminjam kata-katanya Bpk Karding : “Sistem yg luar biasa”

* Salah satu negara yang sukses menerapkan prinsip multikulturalisme sampai pada tingkat pendidikan anak-anak.
1304405968379346989

Ketua Rombongan Komisi VIII, Bapak Abdul Kadir Karding memperkenalkan diri dan rombongan. Courtesy of: Dirgayuza Setiawan.

Sesi Pertanyaan :

Setelah mendengar paparan tadi, saya cukup mengakui kalau Bapak Abdul Kadir Karding (PKB) , memiliki kemampuan komunikasi yang hebat, beliau mencoba ‘meredam’ suasana hadirin yang ada di ruang Bhinneka dengan ’lelucon-lelucon’ dan dengan paparan gaya bahasa yang lugas, tenang dan terstruktur. Mungkin inilah sebabnya beliau terpilih menjadi ketua rombongan, karena kalau dari apa yang saya lihat secara pribadi beliaulah yang memiliki kemampuan ‘public speaking’ yang paling mencolok dibanding anggota-anggota yang lain. Karena kalau dilihat ada beberapa anggota yang hanya duduk di kursi panelis tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka (selain memperkenalkan diri), ada yang hanya mencatat dan ada pula yang hanya sesekali saja berkomentar. Kalau dilihat memang ‘all in all’, sepertinya memang sudah menjadi tugasnya Bapak Karding untuk ‘menjinakan’ para hadirin :)

Pada saat sesi tanya jawab dimulai, ada 3 penanya pertama (dari beberapa yg berusaha secara antusias) :

1. Bagus Nugroho (Mahasiswa Program S3 Bidang Aeronautics Melbourne University & Nano Tech dari Oxford University)

Mengenai dana yang dikeluarkan untuk 11 anggota komisi VIII yang pergi studi banding ke Australia, menurut perhitungan Bagus, jumlah dana yang di keluarkan adalah sekitar Rp. 811 juta untuk selama 6 hari atau sekitar US$ 5000 per orang per minggu. pertanyaannya adalah mengapa sebesar itu? bukankah itu dana yang sangat besar untuk dikeluarkan, mengingat tingkat efektifitas yang rendah dari hasil studi banding?

2. Dirgayuza Setiawan (Wakil Ketua PPIA - Mahasiswa Jurusan Media )

Yuza, mencoba menyangkal argumen Bapak Karding, yang mempertanyakan mengapa surat terbuka PPIA dikirimkan terlebih dahulu ke media dibanding langsung ke beliau : menurut Yuza, karena semua channel yang ada telah dicoba berikut mengakses website pribadi Bapak Karding yang ternyata berstatus ’suspended’. Dari website DPR-RI pun, tidak ada keterangan nomor kontak & alamat email yang bisa dihubungi. Karena itu Yuza menghubungi media untuk meminta informasi.

Seperti telah diketahui sebelumnya dalam wawancara radio Australia di Canberra, Bapak Karding mengatakan bahwa alasan anggota Komisi VIII tidak mengunjungi daerah Northern Teritory (NT) adalah karena beliau menangkap adanya “sinyal-sinyal” keengganan dari pemerintah Australia untuk membolehkan mereka pergi ke NT. Dikarenakan menurut beliau issue penduduk miskin Aborigin di Australia adalah issue yang sensitif apalagi untuk kunjungan perlemen asing. Pada saat yang sama Yuza mengatakan, hal yang sama tidak terjadi terhadap beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang mengadakan penilitian di NT untuk mensurvei penduduk miskin, pemerintah Australia justru membantu dengan sepenuh hati. Hal yang menjadi pertanyaan Yuza adalah, “sinyal-sinyal” seperti apakah dan bagaimana cara menginterpretasikan sinyal yang ditangkap Bapak Karding sehingga jatuh pada kesimpulan bahwa pemerintah Australia enggan mengizinkan anggota Komisi VIII DPR-RI pergi ke NT ? Terlebih daerah NT adalah daerah dengan konsentrasi penduduk miskin terbanyak di Australia.

Pertanyaan yang lain adalah, mengapa kunjungan yang dilakukan hanya mampu menghubungi pejabat-pejabat setingkat negara bagian, tapi tidak sampai pada tingkat pemerintah federal? DPR cenderung dianggap tidak siap dalam menyiapkan bahan-bahan dan memilih narasumber ( kurangnya koordinasi & tidak tepat sasaran ) dan kalaupun ini memang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, kenapa ada visa salah satu anggota tim Komisi VIII yang ditolak oleh pemerintah Australia ?

3. Penanya ke-3 (lupa namanya, beliau sedang mengambil study S-2 bidang sosiology di Melbourne University)

Beliau menanyakan tentang kerukunan hidup beragama terutama masalah perlakuan pemerintah terhadap pengikut Syi’ah di Indonesia.

Sesi Komisi VIII Menjawab ( Hadirin Mulai Gelisah/Gusar ) :

Lagi-lagi saya harus akui kelihaian Bapak Abdul Kadir Karding untuk urusan ’skill’ public speaking, sepertinya beliau menguasai betul medan & trik untuk mengulur-ulur waktu, salah satunya adalah dengan melambatkan tempo bicara, dan berbicara hal-hal yang diluar konteks pembicaraan. Hal ini menyebabkan waktu yang tersisa tinggal sedikit. Beberapa kali Dirgayuza (Wakil Ketua PPIA) menginterupsi anggota komisi VIII untuk “straight to the point” pada pertanyaan yang ditanyakan.

Salah seorang anggota Komisi VIII dalam menjawab/menanggapi pertanyaan dari Bagus Nugroho bahkan membandingkan anggaran yang diterima oleh Komisi VIII dalam studi banding kali ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan salah satu staff kementerian Australia yang katanya bisa menerima 3 kali lipat dari apa yang diterima oleh Komisi VIII. Hello!!! Australia itu kan pendapatan per kapitanya lebih besar dari Indonesia, Kira-kira sekitar US$ 55590 per tahun. Indonesia sekitar US$ 3015 per tahun (sumber wikipedia). Apa mereka itu nggak mikir ya sebelum menjawab???

Beberapa anggota dewan yang diberi kesempatan untuk menjawab memulai dengan meminta kepada kawan-kawan PPIA untuk tidak terkesan menghakimi/mengadili mereka dalam dialog kali ini. Bahkan ada yang mengalami suasana “kebatinan” (mungkin maksudnya feeling so emotional) ketika mengunjungi Australia kali ini seraya bercerita tentang beberapa anaknya yang dulu pernah bersekolah di Melbourne, Australia dan suaminya yang pernah menjadi ketua perhimpunan pelajar pada saat itu. Secara pribadi menurut saya, jawaban-jawaban yang diberikan lebih bersifat normatif dan tidak pada inti permasalahan dan cenderung berputar-putar. Apakah ini suatu kesengajaan untuk mengulur waktu? Wallahualam…Hanya Tuhan yg tahu…

Karena jawaban tidak dirasakan mengena dan berputar-putar untuk hal-hal yang tidak penting sementara waktu semakin sempit, banyak hadirin yang mulai melakukan interupsi sehingga suasana ruang Bhinneka menjadi gaduh. Tidak hanya itu beberapa sesekali sudah mulai terdengar suara cemoohan dan kata-kata “huuuu…kecewaaaaa!!!” dari para hadirin.

Ketika mendekati pukul 21:00, pihak KJRI berusaha untuk menutup sesi tanya jawab, dengan alasan kesibukan anggota dewan pada keesokan harinya: which is Sunday of course ..:) bukankah adalah hak kita sebagai rakyat untuk meminta / menanyakan hal-hal yang dirasa perlu ke wakil rakyat kita di parlemen? Pada saat ini suasana semakin riuh dan sudah ada hadirin yang berteriak-teriak langsung bertanya … tanpa moderator … :) terus terang suasana sudah sedikit agak kacau pada waktu itu. Bahkan ada beberapa yang langsung meninggalkan ruangan dan langsung pulang.

1304406245706311786

Salah satu anggota Komisi VIII DPR-RI mencoba untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Mahasiswa Indonesia di Melbourne. Courtesy of: Dirgayuza Setiawan.

Here comes the Bomb Shell …

Salah satu kawan saya (pas saat sesi kacau) sempat berteriak … “Kenapa nggak pakai teleconference aja sih Pak ?” pada saat itu, Bapak Karding menjawab : “Wah itu kan teknisnya terlalu rumit … “ sontak mendengar jawaban tadi hadirin yang umumnya mahasiswa langsung tertawa … lalu ada lagi yang nyeletuk “Pak mau dibikinin account Skype sama saya nggak Pak ?”

Trus ada beberapa anggota Komisi VIII, yg mengatakan, karena keterbatasan waktu kawan2 bisa menghubungi kami lewat email. Tapi ketika serentak kami menanyakan apa alamat email beliau, yang keluar adalah … xxxx@yahoo.com :) . Beberapa hadirin termasuk saya tampak kesal dengan jawaban tersebut, kemudian hadirin menanyakan: “Kami ingin alamat resmi bapak!” , dan dibalas dengan: “nanti ….nanti akan diberikan …. ” pada saat ini penyiar radio PPI Internasional menginterupsi “Tolong disebutkan saja pak disini , jadi semua orang bisa dengar …” , bahkan dengan tantangan itupun sepertinya mereka bapak-bapak/ibu-ibu anggota Komisi VIII itu tidak tahu …apa alamat email resmi mereka … saya lihat ada 1 orang staff ahli yang mendampingi komisi VIII sibuk bolak balik mencoba membagikan kartu nama ( yang itupun dalam kartu nama tersebut tercantum alamat imel Gmail & Yahoo ) … ????

Karena suasana panik dan makin riuh, salah seorang ibu (staff anggota komisi VIII) berteriak, ” KALAU ADA YANG PERLU DITANYAKAN… SILAKAN SAJA KIRIM KE ALAMAT EMAIL : KOMISI DELAPAN AT YAHOO DOT COM.. !!!! ” pada saat itu .. tawa hadirin langsung pecah .. saya sendiri geleng-geleng kepala dan sudah tidak tahu mau bicara apa lagi … (selengkapnya lihat saja disini: http://www.youtube.com/watch?v=8dEjGOPfAqA&feature=youtu.be)

Ada teman yg bilang : Wah kalo gitu mah gak usah jadi anggota DPR, anak saya yg masih kecil juga udah bisa bikin email yahoo sendiri … :)

BTW: setelah acara selesai salah seorang kawan mencoba mengirim test mail (via BB) ke :

- komisiviii@yahoo.com

- komisi8@yahoo.com

- komisidelapan@yahoo.com

- komisiviii@yahoo.co.id

- komisi8@yahoo.co.id

- komisidelapan@yahoo.co.id

and guess what, none of them is working …!!! semua email test bouncing back ke sender , alias alamat yang diberikan tidak ada …!!!!

Lagi-lagi karena tidak puas, saya beserta istri & kawan-kawan mendekati ibu salah satu staff ahli pendamping anggota komisi VIII dalam kunjungan kerja ini, sambil menanyakan alamat resmi, saat itu beliau bilang : “Lihat aja di website DPR nanti kan ada daftar masing-masing komisi, nanti dari situ ada alamat imelnya “

Lagi lagi, kita cek via HP , dan …ternyata tidak ada (kalau tidak percaya silakan cek sendiri ke www.dpr.go.id) , kalau begini mana yang benar ? kalau yang bekerja di DPR saja tidak tahu alamat kontak resmi yang bisa dihubungi, bagaimana dengan orang lain?? Dan jangan salah bahwa, 1 staff DPR memiliki 7 asisten (staf ahli), *Unfortunately* sepertinya tidak satupun dari ke-7 asisten beserta anggota DPR itu sendiri tahu alamat kontak resmi mereka ??? Kalau untuk hal yang sangat mendasar saja mereka tidak kompeten, bagaimana mereka akan membela kepentingan rakyat yang akan mereka wakili ???

Bagaimana tidak, DPR RI, parlemen dari negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia, parlemen dari negara anggota G-20 (negara dengan salah satu kekuatan ekonomi & pangsa pasar terbesar di dunia) serta mempunyai anggaran ber-triliun2 rupiah utk gedung baru, lengkap dgn fasilitas & tunjangan lainnya …. masih memakai alamat email gratis utk kontak terhadap rakyat yg di wakilinya … ????

Tidakkah mereka berpikir, bahwa parlemen kita akan menjadi bahan olok-olok parlemen Australia begitu melihat kartu nama dengan alamat imel dari Yahoo / Gmail ???

Ketika ditanya alamat kontak mereka, umumnya mereka kebingungan menjawabnya, yang menurut saya sangat-sangat aneh bukan?? Bagaimana mereka mau mendengar aspirasi rakyat yang mereka wakili jika alamat kontak untuk dihubungipun mereka kebingungan menjawabnya ??

Setelah acara diskusi selesai, beberapa dari kami yang tidak puas, langsung menyerbu dan bertanya langsung ke anggota komisi VIII, ada dari beberapa diantara mereka tidak membawa kartu nama!!! Bagaimana mereka ingin memperkenalkan diri di hadapan anggota parlemen Australia jika kartu nama saja mereka tidak bawa, dan kalaupun ada, mereka mencantumkan alamat imel gratis (yahoo/gmail) sebagai alamat kontak mereka !!!

Pada saat saya mencoba bertanya ke Bapak Karding tentang kunjungan studi banding, saya tanyakan: “Pak bukankah menjadi paradoks bagi DPR bahwa kunjungan studi banding dalam rangka mengentaskan kemiskinan tapi di saat yang sama DPR menghambur-hamburkan uang rakyat yang akan dientaskan kemiskinannya ???”

Ironis sekali memang ternyata, dan syukur …kalau bukan karena kesempatan ini, saya mungkin hanya bisa mendengar dari media massa tentang perilaku anggota DPR, tapi untuk saat ini saya bisa melihat, mendengar & mengalaminya sendiri di depan mata.

Saat itu kami sempat bingung dan bertanya ke salah satu staff senior KJRI : ” Pak apa memang sudah separah inikah keadaan institusi di negara kita ? ” beliau menjawab ( dan mencoba berdiplomasi ) : “Maaf dik saya sendiri belum berkecimpung di dunia politik, mengenai komentar, saya pikir, adik bisa lihat sendiri apa yg terjadi tadi” … ( kayaknya beliau juga shock )

Sebagai Penutup :

BTW: Beberapa kawan sebelum pulang kita sempat bercanda “kayaknya abis malem ini kita bakal susah tidur nih … ” dan banyak yang geleng-geleng kepala sampai keluar pintu KJRI, sepertinya kita masih belum percaya dengan apa yg kita lihat.

Entah mau dibawa kemana negara ini, jika para pemegang amanahnya saja tidak kompeten di bidangnya.

Dan memang ternyata benar, sampai sekarang pukul 6:30 pagi pun saya belum bisa tidur … :) bahkan hingga keesokan harinya, seorang kawan berkelakar di milis “Mungkin coba aja imel ini: k0M151d3L4P4n@yahoo.com kali aja mereka ber-Alay ria…hehehe…”

Laporan oleh: Teguh Iskanto

Diedit oleh: Didi Rul